Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Alan

30 November 2020   06:01 Diperbarui: 30 November 2020   07:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tunggu, apa kau punya anak?" imbuhnya.

Alan tersenyum kepada kembarannya tersebut. "Ya, anakku bernama Kalila, seorang gadis yang sangat cantik seperti ibunya. Magdalenaku juga dulunya merupakan seorang model akan tetapi, bedanya ia lebih memilih meninggalkan karirnya untuk keluarga kecil kami."

"Bolehkah aku bertemu dengan Kalila?" Alan yang lain meminta.

Keesokan hari, Alan membawa Kalila yang telah mulai beranjak menjadi gadis remaja. Alan menunjukkan jelitanya tersebut kepada kembarannya. Sedangkan Alan dari sisi lain mencoba mengundang Magdalena, mantan istrinya, untuk datang ke laboratoriumnya. Meski telah berpisah mereka memang masih menjalin komunikasi yang baik dan tetap bersahabat. Magdalena mengiyakan ajakan tersebut. Alan dan Kalila berjumpa dengan Alan dan Magdalena dari balik cermin. Momen ini adalah satu bagian terindah dari terciptanya portal itu.


"Kau adalah Kalila?" Alan yang terbingkai layar menatap secara tertegun-tegun. Benar saja bahwa gadis itu mewarisi kerupawanan Magdalena.

"Ayah, Ibu!" Kalila tetap memanggil Alan dan Magdalena yang lain dengan sebutan itu.

"Bagaimanapun kalian adalah Ayah dan Ibuku juga. Senang bertemu kalian," sambung Kalila.

Perasaan sayang menginapi lubuk hati sepasang pria dan wanita dalam bingkai itu. Sesaat mereka merasa bagaikan kedua orangtua yang telah membatalkan kelahiran anak cantik mereka sendiri. 

Magdalena terdiam. Ia menangis haru, sedikit sesal meniup wajahnya. Seumpama ia lebih tidak memikirkan ketakutan akan kehilangan karirnya dan memenuhi permintaan Alan untuk segera memiliki keturunan, mungkin saat ini ia tengah bersama dengan Kalilanya. Magdalena mengangkat tangannya dan hendak meraih Kalila namun dengan segera Alan menariknya dan mengatakan kepada Magdalena bahwa sangatlah berbahaya untuk menembus portal itu.

"Aku ingin memeluknya, dia anakku," Magdalena menangis. 

Alan mendekapnya dan mengisyaratkan untuk mengakhiri perjumpaan tersebut sebelum Magdalena benar-benar berlari menembus portal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun