Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Alan

30 November 2020   06:01 Diperbarui: 30 November 2020   07:04 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Sullivan sampai, matanya hampir tak mempercayai apa yang dilihatnya. Layar kaca di hadapannya tak lagi berada di ruang tunggu melainkan tengah memampangkan sebaris jawaban.

"Profesor Alan Huntington menjawab. Dengan siapa saya berbicara?"

Sullivan tak mengira hipotesis bahwa alam semesta terdiri dari ribuan sistem paralel rupanya bukan suatu omong kosong. Profesor Alan membangun proyek ini selama bertahun-tahun untuk bisa mengkoneksikan antara satu sistem ke sistem lain. Dengan komputer yang belum diberikan nama ini, ia berhasil menghubungi kembaran dirinya yang berada di sistem lain tersebut.

"Setelah penelitian melalui gelombang suara dan cahaya mengenai kemungkinan adanya alam paralel, terdapat hipotesis baru. Di semesta raya ini diperkirakan ada ribuan Alan. Ada ribuan aku dan ada ribuan kau. Kita dilahirkan secara bersamaan dan diberikan algoritma. Algoritma inilah yang bisa membuat Alan yang ada dalam dimensi ini berbeda nasib dengan Alan dari dimensi yang lain; tergantung pilihan hidup mana yang masing-masing Alan tempuh. 

Analoginya seperti dua ponsel dengan merk yang sama dan juga seri yang sama, kemudian satu ponsel dibiarkan menjalankan menu A, ponsel yang lainnya dibiarkan menjalankan menu B; dua benda yang sama, tetapi beda aksi. Aku percaya bahwa di antara Alan-Alan itu, pasti ada Alan yang formula algoritmanya paling identik denganku. Dia juga merupakan Alan yang bekerja di laboratorium untuk membangun komputer ini. Jika aku berhasil mengkoneksikan komputerku dengan komputernya, dimensi kita akan terhubung, sehingga kita dapat saling meneliti." begitulah papar Alan sebelum komputer tersebut didirikan.

Sullivan tak berani memberikan reaksi apapun kepada komputer itu sebab hanya Alan yang berhak mengambil tindakan berikutnya. Akhirnya, Sullivan tetap membiarkan komputer itu menyala dan ia memutuskan untuk menginap di laboratorium untuk menjaganya serta memastikan cadangan energi selalu tetap menyala hingga kondisi Alan cukup memungkinkan untuk ditanyai perihal aksi lanjutan dari penelitian tersebut.

Keesokan hari, asisten laboratorium lain datang dan tampak kaget melihat komputer besar tetap menyala dengan rekan mereka tertidur di hadapannya. Sullivan menceritakan apa yang terjadi, kemudian salah satu di antara mereka mencoba mendatangi Alan untuk melihat kondisinya sekaligus bertanya adakah langkah yang dapat dijalankan selanjutnya.

"Bagaimana kondisi anda, Prof?" tanya asisten laboratorium.

"Aku sudah membaik, tenanglah." sembari tersenyum.

"Saya kemari membawa kabar baik mengenai proyek kita," diceritakannyalah kejadian yang dilihat Sullivan.

Kabar menggembirakan ini begitu melegakan hati Alan dan berperan dalam pemulihannya. Alan meminta asistennya membalas percakapan itu. Setiap hari asisten-asisten memberitahukannya perkembangan komunikasi yang terjalin lintas dimensi tersebut sampai akhirnya Alan benar-benar dinyatakan sembuh serta diperbolehkan untuk bekerja kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun