Mohon tunggu...
TIURMAULI SAMOSIR
TIURMAULI SAMOSIR Mohon Tunggu... pegawai negeri -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya adalah seorang pekerja keras yang punya goal dlm mewujudkan impian2 saya...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tambang dan Pengelolaan Lingkungan Ditinjau dari Berbagai Sumber

21 Januari 2016   09:44 Diperbarui: 4 April 2017   17:25 7536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting. US-EPA (1995) telah melakukan studi tentang pengaruh kegiatan pertambangan terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia pada 66 kegiatan pertambangan. Hasil studi disarikan pada tabel 1 dan terlihat bahwa pencemaran air permukaan dan air tanah merupakan dampak lingkungan yang sering terjadi akibat kegiatan tersebut.

Kegiatan pertambangan, selain menimbulkan dampak lingkungan, ternyata menimbulkan dampak sosial yang komplek. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998):
1. Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkan dalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yang akan dipilih.

2. Memastikan bahwa pengendalian, penge-lolaan, pemantauan serta langkah-langkah perlindungan telah  terintegrasi di dalam desain dan implementasi proyek serta rencana penutupan tambang.

 

 

Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Eksplorasi
2. Ekstrasi dan pembuangan limbah batuan
3. Pengolahan bijih dan operasional
4. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya
5. Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energi
6. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman

 

Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi AMDAL karena merupakan rangkaian kegiatan survey dan studi pendahuluan yang dilakukan sebelum berbagai kajian kelayakan dilakukan. Yang termasuk sebagai kegiatan ini adalah pengamatan melalui udara, survey geofisika, studi sedimen di aliran sungai dan studi geokimia yang lain, pembangunan jalan akses, pembukaan lahan untuk lokasi test pengeboran, pembuatan landasan pengeboran dan pembangunan anjungan pengeboran.

Ekstraksi dan Pembuangan Limbah Batuan
Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan ekstaksi bahan mineral didunia dilakukan dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanya dilakukan dengan open-pit mining, strip mining, dan quarrying, tergantung pada bentuk geometris tambang dan bahan yang digali.

Ekstrasi bahan mineral dengan tambang terbuka sering menyebabkan terpotongnya puncak gunung dan menimbulkan lubang yang besar. Salah satu teknik tambang terbuka adalah metode strip mining (tambang bidang). Dengan menggunakan alat pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu bidang galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral diambil, dibuat bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuan limbah yang dihasilkan digunakan untuk menutup lubang yang dihasilkan oleh galian sebelumnya. Teknik tambang seperti ini biasanya digunakan untuk menggali deposit batubara yang tipis dan datar yang terletak didekat permukaan tanah.

Kegiatan ekstraksi meng-hasilkan limbah dan produk samping dalam jumlah yang sangat banyak. Total limbah yang diproduksi dapat bervariasi antara 10 % sampai sekitar 99,99 % dari total bahan yang ditambang. Limbah utama yang dihasilkan adalah batuan penutup dan limbah batuan.

Hal-hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian di dalam hal menentukan besar dan pentingnya dampak lingkungan pada kegiatan ekstraksi dan pembuangan limbah adalah:
• Luas dan kedalaman zona mineralisasi
• Jumlah batuan yang akan ditambang dan yang akan dibuang yang akan menentukan lokasi dan desain penempatan limbah batuan.
• Kemungkinan sifat racun limbah batuan
• Potensi terjadinya air asam tambang
• Dampak terhadap kesehatan dan keselamatan yang berkaitan dengan kegiatan transportasi, penyimpanan dan penggunaan bahan peledak dan bahan kimia racun, bahan radio aktif di kawasan penambangan dan gangguan pernapasan akibat pengaruh debu.
• Sifat-sifat geoteknik batuan dan kemungkinan untuk penggunaannya untuk konstruksi sipil (seperti untuk landscaping, dam tailing, atau lapisan lempung untuk pelapis tempat pembuangan tailing).
• Pengelolaan (penampungan, pengendalian dan pembuangan) lumpur (untuk pembuangan overburden yang berasal dari sistem penambangan dredging dan placer).
• Kerusakan bentang lahan dan keruntuhan akibat penambangan bawah tanah.
• Terlepasnya gas methan dari tambang batubara bawah tanah.

 

Penampungan Tailing, Pengolahan dan Pembuangan
Pengelolaan tailing merupakan salah satu aspek kegiatan pertambangan yang menimbulkan dampak lingkungan sangat penting. Tailing biasanya berbentuk lumpur dengan komposisi 40-70% cairan. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya memerlukan pertimbangan yang teliti terutama untuk kawasan yang rawan gempa.

Pengendalian polusi dari pembuangan tailing selama proses operasi harus memperhatikan pencegahan timbulnya rembesan, pengolahan fraksi cair tailing, pencegahan erosi oleh angin, dan mencegah pengaruhnya terhadap  hewan-hewan liar.

Isu-isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi alternative pembuangan tailing meliputi :
- Karakteristik geokimia area yang akan digunakan sebagai tempat penimbunan tailing dan potensi migrasi lindian dari tailing.
- Daerah rawan gempa atau bencana alam lainnya yang mempengaruhi keamanan lokasi dan desain teknis .
- Konflik penggunaan lahan terhadap perlindungan ekologi peninggalan budaya, pertanian serta kepentingan lain seperti perlindungan terhadap ternak, binatang liar dan penduduk local.
- Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air dan kebutuhan untuk pengolahannya.
- Reklamasi setelah pasca tambang. Studi AMDAL juga harus mengevaluasi resiko yang disebabkan oleh kegagalan penampungan tailing dan pemrakarsa harus menyiapkan rencana tanggap darurat yang memadai. Pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan tanggap darurat ini harus dinyatakan secara jelas

(Sumber : BAPEDAL )

Faktor-faktor Pertimbangan di dalam Menilai Kesesuaian Penampungan Tailing
1. Tuntutan Peraturan
Tuntutan peraturan setempat yang mencakup seluruh aspek dari areal penimbunan yang direncanakan dimasa depan harus disertakan didalam penilaian suatu areal. Hal tersebut mencakup :
- tuntutan baku mutu bagi pelepasan air
- nilai budaya dan sejarah dari suatu tempat termasuk nilainya bagi penduduk pribumi
- tuntutan akan rancangan khusus terhadap misalnya gempa bumi, peluangpeluang terjadinya banjir
- emisi debu dan polusi suara
- rencana-rencana dari berbagai pihak yang berwenang termasuk pengangkutan,pengembangan perkotaan, sarana-sarana (penyaluran tenaga listrik, jaringan supali air, dsb
- zonasi dari areal penimbunan tailing dan daerah sekitarnya (kegiatan-kegiatan yang diijinkan pihak berwenang), dan kemungkinan perubahan dari zonasi sekarang
2. Metereologi
Berbagai aspek neraca air dari operasi harus didasarkan pada pengertian yang mendalam mengenai kondisi metereologi daerah setempat. Informasi yang harus dikumpulkan termasuk :
- data curah hujan (rata-rata setiap bulan untuk berbagai priode ulang 1:10, 1:20,
1:50, 1:100)
- data intensitas/lama hujan
- pengukuran evaporasi (panci evaporasi klas A)
- pengukuran kelembaban, suhu dan radiasi matahari
- kekuatan/arah angin pada berbagai waktu yang berbeda dalam setahun
- pengetahuan tentang kejadian masa lalu atau jarang terjadi (angin topan, banjir)
3. Topografi dan Pemetaan
Topografi dari bangunan jangka panjang dan daerah-daerah penyangga sejauh sekitar 1 km dari batas-batas daerah yang akan menjadi areal penimbunan harus diteliti. Informasi ini akan memungkinkan dilakukan penilaian akan potensi dampakdampak sosial dan lingkungan dari fasilitas yang diusulkan pada tahap-tahap yang paling awal dari perencanaan.

Informasi ini harus termasuk :
- kontur-kontur permukaan dengan interval 1 m
- pola-pola drainase (aliran-aliran, mata air, danau. Lahan basah)
- batas-batas tanah
- jaringan jalan dan pelayanan
- tempat tinggal dan bangunan lainnya
- tempat-tempat budaya atau bersejarah
- tata guna lahan saat ini (RUTRW)
4. Fotografi
Fotografi dapat menjadi suatu alat penting untuk membantu penilaian estetika dan potensi dampak lingkungan dari areal penimbunanyang diusulkan.

Ini termasuk :
- foto-foto udara dari kepemilikan lahan dan daerah sekitarnya
- foto-foto darat yang diambil dari berbagai sudut yang bermanfaat
- foto-foto sejarah
5. Air Permukaaan Tanah
Seandainya areal penimbunan tailing yang terpilih berada dekat sungai-sungai atau daerah-daerah yang sering mengalami banjir, potensi dampak dari hujan lebat pada frekuensi rendah perlu dipertimbangkan. Informasi yang dibutuhkan termasuk :  - aliran-aliran pada batang-batang air alami (data hidrografis seperti ciri-ciri
limpasan air hujan)

- catatan-catatan banjir dan identifikasi dataran banjir yang mungkin
- latar belakang baku mutu air
- tataguna air di hulu dan di hilir termasuk aliran-aliran lingkungan untuk
memelihara habitat-habitat bagi flora dan fauna
6. Air Bawah tanah
Suatu pengertian tentang hidrogeologi umum dari suatu tempat dapat membantu penilaian potensi dampak dari penimbunan tailing terhadap air bawah tanah.Informasi yang penting termasuk ;
- hidrogeologi tempat (kedalaman hingga air, arah aliran, kecepatan aliran)
- keberadaan jalur-jalur aliran yang dikehendaki
- latar belakang baku mutu air
- tata guna air di hulu dan di hilir
- zona pengeluaran air bawah tanah
7. Geoteknis
Tampungan-tampungan tailing pada awalnya lazim dibangun dari tanah setempat.Dalam hal ini ketersediaan dan kesesuaian tanah harus dinilai dipermulaan proses
pembangunan dan harus mencakup :
- kondisi fondasi (jenis-jenis tanah di berbagai kedalaman, distribusi ukuran
partikel, presentase partikel halus, Nilai Atterberg/plastisitas tanah, kekuatan
tanah, ciri-ciri permeabilitas, mineralogi)
- ketersediaan bahan-bahan bangunan seperti tanah liat, pasir, batu kerikil
- adanya batu-batuan, struktur dari lapisan batu-batuan
- data resiko gempa
8. Geokimia
Seandainya cairan tailing berhubungan dengan tanah alamiah, sejumlah interaksi geokimia dapat terjadi. Melakukan analisis jangka panjang adalah praktek yang baik karena akan membangun informasi yang membantu tercapainya pengertian tentang interaksi-interaksi tersebut.
9. Sifat-sifat tailing
Sifat-sifat tailing perlu diketahui ketika merancang fasilitas-fasilitas baru, terutama
yang berkaitan dengan kemungkinan rembesan air bawah tanah dan pelepasan air.
Termasuk didalamnya :
- kandungan mineral dan kimia partikel-patikel padat
- kandungan logam berat
- kandungan radio-nuklida
- gaya berat spesifik partikel –partikel padat
- perilaku pengendapan
- hubungan antara permeabilitas dan berta jenis
- plastisitas tanah (nilai Atterberg)
- prilaku konsolidasi
- rheologi (aliran cairan yang mengandung partikel-partikel tersuspensi/ciri-ciri kekentalan
- ciri-ciri kekuatan tailing
- kimiawi air pori (air diantara pori-pori tanah)
- sifat-sifat pencucian air tawar
Sumber : Cooling, D.J. et al, 1996 

Komitmen PT Newmon Nusa Tenggara dalam bidang Pengelolaan Lingkungan

Newmont berkeyakinan bahwa pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab dan kinerja lingkungan terdepan merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk menjadi perusahaan yang efektif dan sukses.

Hal ini dapat dicapai melalui kepemimpinan dan penerapan sistem manajemen formal yang andal, yang mendukung pengambilan keputusan secara efektif, mengelola risiko perusahaan dan mendorong peningkatan yang berkelanjutan.

Saat ini PTNNT telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001. Salah satu komponen penting yang menjadi pusat dari penerapan SML adalah Kebijakan Lingkungan. Kebijakan Lingkungan yang ditandatangani Senior Vice President dan General Manager Operations adalah merupakan komitment terhadap setiap operasi dan fasilitas tambang Newmont Asia Pasifik (APAC)  untuk:

Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku yang menjadi kewajiban kita sebagai standar minimum
Menerapkan dan menjalankan Sistem Manajemen Terpadu (IMS) APAC dan Standar Spesifik Disiplin guna meminimalkan risiko bahaya terhadap masyarakat dan lingkungan. IMS menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan mengkaji tujuan dan sasaran guna memastikan peningkatan yang berkelanjutan
Mengidentifikasi dan menilai risiko dan peluang peningkatan serta mengembangkan dan menerapkan rencana---Welcome to Newmont--- peningkatan berkelanjutan guna mengelola risiko yang signifikan, termasuk pertimbangan strategi untuk penanganan:
Air, meminimalkan penipisan persediaan serta penurunan kualitas sumber air melalui maksimalisasi daur ulang air serta efisiensi penggunaan dan pencegahan pencemaran air
Energi dan Efek Rumah Kaca meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi melalui identifikasi, penilaian dan penerapan proyek efisiensi energi guna mengurangi emisi gas rumah kaca serta biaya operasi
Penutupan Tambang, memastikan agar kegiatan penutupan tambang terencana dengan baik dan dilakukan sebanyak mungkin selama tahap operasi dan proses ini dikomunikasikan dengan seluruh pemangku kepentingan terkait guna memastikan pendekatan terpadu terhadap rencana akhir penggunaan tanah
Pengelolaan Tailing, merancang, mengoperasikan dan menonaktifkan fasilitas penyimpanan tailing guna meminimalkan risiko terhadap lingkungan dan pemangku kepentingan
Batuan Sisa, mengelola batuan sisa guna memastikan agar potensi permasalahan yang berkenaan dengan drainase dapat diidentifikasi dan dikelola, dan strategi rehabilitasi dapat mendukung struktur yang stabil dan aman
Memadukan, pertimbangan lingkungan ke dalam semua aspek keputusan bisnis dan kegiatan perusahaan, guna meminimalkan dampak terhadap lingkungan, mencegah pencemaran, meminimalkan kewajiban finansial jangka panjang dan meningkatkan manfaat di bidang sosial
Menyeleksi, personel yang kompeten, berkualifikasi dan tepat, serta memberikan pelatihan dan menetapkan standar yang memungkinkan karyawan, kontraktor dan pemasok dapat mengenali potensi dan dampak sosial aktual atas kegiatan mereka sehingga mereka dapat berupaya untuk memenuhi ketentuan dalam Kebijakan ini
Melaksanakan program inspeksi, audit dan penilaian rutin serta menindaklanjuti rekomendasi untuk peningkatan dengan segera mengambil keputusan dan langkah tindak lanjut
Melibatkan, para pemangku kepentingan atas perhatian, aspirasi dan nilai mereka yang berkaitan dengan aspek pengembangan, operasional dan penutupan tambang, dan mengakui adanya kaitan yang erat antara masalah lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya
Mengkomunikasikan, kinerja kita secara terbuka, akurat, transparan dan tepat waktu
SML adalah merupakan bagian dari kegiatan operasi, hal ini ditunjukkan antara lain melalui keberadaan standar kinerja bidang pengelolaan lingkungan. Standar kinerja tersebut antara lain pengelolaan hidrokarbon, pengelolaan bahan kimia, pengelolaan tailing, pengelolaan batuan sisa, pengelolaan limbah, pengelolaan air, pengelolaan kualitas udara, dan rencana penutupan dan reklamasi tambang. Pemenuhan persyaratan yang tercantum dalam standar kinerja tersebut akan dan telah membantu PTNNT dalam mewujudkan komitmennya. 

Program PT Newmon Nusa Tenggara
Penambangan, pengolahan mineral dan kegiatan penunjang proyek harus dikelola dengan benar untuk memastikan agar dampak yang mungkin timbul dapat dikurangi seminimal mungkin. Hal yang sama pentingnya adalah memastikan agar setiap keputusan yang diambil setiap hari selama kegiatan pembangunan berlangsung, dilakukan dengan mempertimbangkan realitas penutupan tambang dalam jangka panjang. Merencanakan masa depan untuk memastikan bahwa penggunaan lahan pasca operasi tambang tercakup dalam rencana pengembangan dan kegiatan operasi, adalah suatu usaha yang lazim dan merupakan persyaratan pembangunan yang berkelanjutan. PTNNT secara sungguh-sungguh melaksanakan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang sesuai dengan keadaan di lokasi tambang, untuk meminimalkan risiko atau bahaya yang berpotensi merusak lingkungan yang mungkin diakibatkan oleh operasi tambang. Beberapa prioritas utama pengelolaan yang diidentifikasi selama kegiatan AMDAL proyek adalah penempatan batuan limbah atau tailing, mempertahankan mutu air dan memastikan bahwa perubahan permukaan lahan menyertakan visi mengenai penggunaan lahan yang sesuai dengan pasca operasi tambang.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Sebagai kontraktor Pemerintah Indonesia, PTNNT wajib melakukan analisis mendalam mengenai pengelolaan lingkungan yang baik bagi pengembangan proyek Batu Hijau sebagai bagian dari studi kelayakan.

Analisis mengenai dampak lingkungan atau ANDAL mempertimbangkan semua dampak potensial terhadap berbagai sumber daya seperti tanah, air, udara, biologi dan masyarakat di sekitar tambang.

Dokumen ANDAL berisi alternatif terbaik yang dipilih dan disahkan oleh Pemerintah Indonesia serta mencakup semua dampak aspek operasi PTNNT. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang tercakup dalam dokumen ini secara khusus dirancang untuk meminimalkan dampak potensial di Batu Hijau. 

PTNNT berkomitmen untuk menetapkan standar tertinggi bagi lingkungan dan mengakui bahwa program pengelolaan lingkungan yang tepat sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di wilayah Batu Hijau. Selain itu PTNNT  memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan lingkungan yang sejalan dengan prinsip-prinsip pemeliharaan dan perlindungan lingkungan.

Pengakuan atas komitmen tersebut diwujudkan dengan telah diperolehnya berbagai penghargaan di bidang pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Diantaranya adalah melalui Program PROPER dengan mendapatkan Peringkat Hijau yang diperoleh tiga kali secara berturut-turut.

Mutu Air

PTNNT menerapkan sistem pengelolaan air terpadu untuk memastikan dampak minimum terhadap mutu air pada sistem air di daerah setempat. Selama tambang beroperasi, tanaman asli setempat ditanam kembali sesegera mungkin pada lahan-lahan yang dibuka, untuk meminimalkan luas tanah terbuka dan mencegah erosi yang dapat mempengaruhi mutu air.

Fasilitas pengendalian endapan, seperti kolam dan saluran pengalih, telah dibangun untuk mengendapkan sedimen, sehingga hanya air bersih dan tidak terkena dampak yang mengalir ke luar lokasi proyek.

Sistem Pengelolaan Air Tambang ekstensif yang dibangun di Batu Hijau mengalihkan aliran air-larian dari hutan alami di sekitar tambang ke sungai-sungai di sekitarnya. Saat ini air di sungai-sungai setempat sama bersihnya seperti sungai lain yang tidak terkena dampak. Sistem Pengelolaan Air Tambang di Batu Hijau memastikan bahwa air yang terkena dampak penambangan, termasuk resapan air asam tambang dan air di permukaan pit, tidak akan mengalir ke luar kawasan tambang.

PTNNT melaksanakan program pemantauan mutu air secara menyeluruh dan teratur sesuai dengan AMDAL. Setiap triwulan sekali hasil pemantauan dilaporkan kepada pemerintah Indonesia.

Reklamasi

PTNNT membuka lahan untuk penggalian tambang dan pembangunan bagian-bagian tambang lainnya di Batu Hijau. Pencegahan erosi dilakukan dengan melakukan penanaman kembali tanaman dan tumbuhan asli yang tumbuh di tempat tersebut sesegera mungkin selama periode konstruksi berlangsung. Program penanaman kembali dan reklamasi ini terus dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung. 

Program pemantauan revegetasi dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa metode untuk mencegah erosi dan melestarikan alam terlaksana secara efektif serta sesuai dengan tujuan PTNNT untuk menciptakan permukaan bentang lahan baru yang selaras dengan penggunaan lahan pasca operasi tambang. Selain itu program pemantauan revegetasi ditujukan untuk memastikan tingkat keberhasilan program reklamasi telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

Tailing

Tailing adalah lumpur yang tersisa dari pengolahan tembaga dan emas di PTNNT. Tailing merupakan bagian yang tersisa dari batuan yang telah digerus sampai halus dan diambil kandungan mineral berharganya.

PTNNT menerapkan sistem Penempatan Tailing Laut Dalam/Deep-Sea Tailing Placement (DSTP) untuk menempatkan tailing di dasar laut dalam, di bawah zona laut yang produktif secara biologis. 

Penanganan tailing dimulai setelah pemisahan mineral di sel flotasi ketika slurry (bubur bijih) masuk ke dalam tangki de-aerasi. Tangki ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan udara dalam tailing, sehingga saat dikeluarkan ke dalam laut, tailing tidak bergerak ke atas akibat udara yang naik. 

Setelah melalui tangki de-aerasi, tailing mengalir melalui jaringan pipa darat sepanjang 6 km dan pipa laut sepanjang 3,4km menuju tepi palung laut di Teluk Senunu dan tailing dilepaskan pada kedalaman 120 meter di bawah permukaan laut. Karena kepadatan dan massa jenisnya, tailing mengalir secara alami menuruni palung terjal dan mengendap di dasar palung laut dalam, di sebelah selatan pulau Sumbawa yang memiliki kedalaman antara 3000 hingga 4000 meter di bawah permukaan Samudra Hindia. 

Pemantauan sistem penempatan tailing bawah laut dilakukan secara ekstensif untuk memastikan bahwa sistem ini berfungsi sesuai dengan rancangannya, yaitu untuk meminimalkan dampak potensial bagi lingkungan. Hasil pemantauan terumbu karang, sedimen laut, ikan, ekologi muara, dan mutu air dievaluasi dengan cermat secara berkala oleh para ilmuwan dan ahli profesional.

Program - Program Lain

PTNNT menyadari bahwa sebagai anggota masyarakat dan tetangga yang baik, PTNNT selalu bekerja sama dengan masyarakat setempat dan pemerintah untuk mendukung penanganan masalah lingkungan. Oleh karena itu, PTNNT bersama dengan masyarakat dan pemerintah telah melaksanakan berbagai program lingkungan 

These programs aim to establish direct communications with project area neighbors, providing information on responsible natural resource management and on promoting public understanding of Newmont's environmental management and monitoring programs. Present projects include community beach clean-up, turtle conservation, coral reef rehabilitation and conservation.

Penutupan Tambang

Sebagaimana tambang lainnya, pada saat batuan yang mengandung mineral berharga habis ditambang, maka Batu Hijau akan menghentikan operasinya. Meskipun menurut perkiraan saat ini produksi di Batu Hijau akan berakhir dalam kurun waktu dua dasawarsa mendatang, namun usia aktual tambang dapat berubah drastis karena berbagai faktor penentu yang mungkin terjadi pada masa mendatang. 

Seiring dengan perkembangan penambangan, lebih banyak data geologi, tambang dan metalurgi yang tersedia dan hal ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat mengenai jumlah bijih bernilai ekonomis yang terkandung dalam tanah, dan waktu yang dibutuhkan untuk menambang dan mengolah bijih tersebut. 

Usia tambang juga ikut ditentukan oleh fluktuasi harga tembaga karena hal ini berpengaruh langsung terhadap segi ekonomis keberlangsungan operasi tambang Batu Hijau. 

Akhirnya, tantangan yang paling berat adalah merencanakan dan bekerja keras untuk membangun berbagai sektor ekonomi yang mampu bertahan setelah tambang tutup kelak. Setelah tambang selesai beroperasi nanti, reklamasi dan revegetasi akan diselesaikan untuk menyediakan bentang lahan yang cocok untuk penggunaan lahan pasca operasi tambang.

Reklamasi di tempat penempatan batuan sisa dilakukan selama operasi tambang berlangsung, agar dapat mengembalikan sebanyak mungkin lahan ke keadaan semula sesegera mungkin.

Dinding pit tidak direklamasi karena lubang tambang akan terisi air secara bertahap. Perencanaan penggunaan lahan setelah tambang tutup akan dibuat atas persetujuan pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan dan pemantauan air yang berasal dari tempat penimbunan batuan sisa akan dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan.

Penghargaan PT Newmont  Nusa Tenggara  bidang  Pengelolaan  Lingkungan

Departemen Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM)

2004-2005 Penghargaan ADITAMA dalam upaya Pengelolaan Batuan Sisa
2005-2006 Penghargaan ADITAMA dalam upaya Pengendalian Sedimen dan Erosi
2004-2006 Penghargaan UTAMA dalam upaya Reklamasi Lahan
2006-2008 ADITAMA dalam bidang pengelolaan lingkungan
2009-2010 ADITAMA dalam bidang pengelolaan lingkungan
Kementrian Lingkungan Hidup – Program PROPER

2002/2003 Peringkat Hijau
2003/2004 Peringkat Biru
2004/2005 Peringkat Hijau
2006/2007 Peringkat Hijau
2008/2009 Peringkat Hijau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun