Penanganan tailing dimulai setelah pemisahan mineral di sel flotasi ketika slurry (bubur bijih) masuk ke dalam tangki de-aerasi. Tangki ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan udara dalam tailing, sehingga saat dikeluarkan ke dalam laut, tailing tidak bergerak ke atas akibat udara yang naik.Â
Setelah melalui tangki de-aerasi, tailing mengalir melalui jaringan pipa darat sepanjang 6 km dan pipa laut sepanjang 3,4km menuju tepi palung laut di Teluk Senunu dan tailing dilepaskan pada kedalaman 120 meter di bawah permukaan laut. Karena kepadatan dan massa jenisnya, tailing mengalir secara alami menuruni palung terjal dan mengendap di dasar palung laut dalam, di sebelah selatan pulau Sumbawa yang memiliki kedalaman antara 3000 hingga 4000 meter di bawah permukaan Samudra Hindia.Â
Pemantauan sistem penempatan tailing bawah laut dilakukan secara ekstensif untuk memastikan bahwa sistem ini berfungsi sesuai dengan rancangannya, yaitu untuk meminimalkan dampak potensial bagi lingkungan. Hasil pemantauan terumbu karang, sedimen laut, ikan, ekologi muara, dan mutu air dievaluasi dengan cermat secara berkala oleh para ilmuwan dan ahli profesional.
Program - Program Lain
PTNNT menyadari bahwa sebagai anggota masyarakat dan tetangga yang baik, PTNNT selalu bekerja sama dengan masyarakat setempat dan pemerintah untuk mendukung penanganan masalah lingkungan. Oleh karena itu, PTNNT bersama dengan masyarakat dan pemerintah telah melaksanakan berbagai program lingkunganÂ
These programs aim to establish direct communications with project area neighbors, providing information on responsible natural resource management and on promoting public understanding of Newmont's environmental management and monitoring programs. Present projects include community beach clean-up, turtle conservation, coral reef rehabilitation and conservation.
Penutupan Tambang
Sebagaimana tambang lainnya, pada saat batuan yang mengandung mineral berharga habis ditambang, maka Batu Hijau akan menghentikan operasinya. Meskipun menurut perkiraan saat ini produksi di Batu Hijau akan berakhir dalam kurun waktu dua dasawarsa mendatang, namun usia aktual tambang dapat berubah drastis karena berbagai faktor penentu yang mungkin terjadi pada masa mendatang.Â
Seiring dengan perkembangan penambangan, lebih banyak data geologi, tambang dan metalurgi yang tersedia dan hal ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat mengenai jumlah bijih bernilai ekonomis yang terkandung dalam tanah, dan waktu yang dibutuhkan untuk menambang dan mengolah bijih tersebut.Â
Usia tambang juga ikut ditentukan oleh fluktuasi harga tembaga karena hal ini berpengaruh langsung terhadap segi ekonomis keberlangsungan operasi tambang Batu Hijau.Â
Akhirnya, tantangan yang paling berat adalah merencanakan dan bekerja keras untuk membangun berbagai sektor ekonomi yang mampu bertahan setelah tambang tutup kelak. Setelah tambang selesai beroperasi nanti, reklamasi dan revegetasi akan diselesaikan untuk menyediakan bentang lahan yang cocok untuk penggunaan lahan pasca operasi tambang.