"Kau ingin hidup nikmat penuh dengan fasilitas, Riana?"
"Kau pasti sedang menawarkan pekerjaan yang berat. Zaman sekarang tak ada pekerjaan ringan, sekalipun itu menjadi seorang pelacur!"
"Kau tak perlu bekerja, kau hanya butuh kedamaian."
"Aku ikut sebuah organisasi..." Aland membisikkan nama Organisasi ke telinga Riana. "Itulah yang membuatku selama ini hidup nyaman tanpa harus membanting tulang, aku mendapatkan fasilitas mewah, seperti laptop, mobil, rumah, bahkan hotel kelas bintang tujuh."
"Kerjaannya?" Riana penasaran. Aland bangkit dari tempat duduknya, ia mengabaikan piring yang masih berisi setengah mie goreng, lenganya menarik tangan Riana. Mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.Â
Riana didudukkan di ruang tamu. Sementara Aland, mengambil sesuatu dari kamarnya.Â
"Kau hanya perlu meleburkan benda ini tanpa jejak."
Aland tampan dan seperti seorang cendekiawan, namun ia tak menyangka jika pekerjaannya sungguh naf. Bola mata Riana nyaris terpental dari kediamannya. Jantungnya seolah akan berhenti berdetak. Tubuhnya bergetar dan pandangannya menjadi buram. Perasaannya diliputi dengan kematian.Â
Benda yang dibawa Aland adalah BOM!
Sebulan setelah makan siang bersama terakhir mereka, media masa dipenuhi dengan berita seputar Teroris dan Bom.Â
***