Mohon tunggu...
Titien Saraswati
Titien Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Arsitektur dan Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 55224. E-mail kantor: titiens@staff.ukdw.ac.id

Guru Besar Arsitektur dan Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 55224. E-mail kantor: titiens@staff.ukdw.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merawat Lingkungan dengan Gaya Hidup Vegetarian

28 Februari 2024   17:36 Diperbarui: 28 Februari 2024   17:43 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk lingkungan, berkurangnya peternakan berarti topsoil bumi  tidak akan terpolusi oleh kotoran hewan ternak yang buruk bagi kesehatan manusia (meskipun kotoran hewan ternak dapat digunakan untuk pupuk pada area tertentu). Juga, berkurangnya CH4 berarti suhu udara tidak sepanas sebelumnya. Ketika topsoil bumi tidak terpolusi, maka air tanah akan lebih baik, dapat digunakan untuk minum (dengan perlakuan khusus), mandi, juga untuk tanaman pada kebun, taman, dan vegetasi lain, maka lanskap akan menjadi lebih hijau.

            Ditunjukkan juga pada studi ini bahwa responden mencintai makhluk hidup, yaitu sapi, babi, kambing, ayam, dan sebagainya. Ini sangat baik untuk kontemplasi, sebagaimana Mahatma Gandhi mengatakan "Kebesaran suatu negara dan kemajuan moralnya dapat diprediksi dari cara memperlakukan binatang-binatangnya." Ketika mereka mencintai sapi, babi, ayam, kambing/domba, dan lainnya, mereka tidak akan memakan daging. 

Maka peternakan akan berkurang. Sehingga, dampak dari berkurangnya peternakan ini topsoil dari bumi tidak akan banyak terpolusi dari kotoran hewan ternak yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Topsoil akan menumbuhkan tumbuhan/vegetasi yang lebih sehat dan dapat menyelamatkan hutan. Tumbuhan memproduksi O2 (oksigen), udara akan lebih bersih, manusia akan lebih enak dan bersih bernafas.

            Pertimbangan lain ialah, bahwa peternakan memproduksi metana (CH4), dan nitrogen dioksida (NO2). Sapi dan kambing/domba bertanggung jawab pada 37% dari total CH4, atau 25 kali dari panas CO2 menurut United Nation Oganization -- Food and Agricultural Organization  Newsroom (2006), dalam artikel: Livestock is a major threat to environment. 

Apa dampaknya pada lingkungan di bumi? Dengan berkurangnya metana (CH4), polusi udara akan berkurang atau menjadi minimal. Sehingga itu berkontribusi dalam menurunkan GRK, akhirnya akan mengurangi pemanasan global meskipun ini tidak terlalu banyak. Karena udara lebih bersih, maka bangunan atau rumah-rumah akan mengadopsi ventilasi alam di Indonesia atau di daerah tropis lainnya, kemungkinan tidak lagi memerlukan penyejuk udara (air conditioning system - AC). 

Ini lebih spesifik pada bangunan di perdesaan (rural area), namun agak sulit bagi bangunan di kota-kota besar. Faktor lain, peternakan biasanya berlokasi di perdesaan. Sehingga perdesaan bisa rusak atau terganggu ekosistemnya oleh gas yang diproduksi peternakan.

            Bumi yang lebih baik berarti bahwa bumi tidak akan terancam oleh ancaman yang paling serius saat ini: pemanasan global. Seperti kita ketahui bahwa pemanasan global karena aktivitas manusia yang berkontribusi 90% pada GRK di atmosfer. Menurut riset dari Goodland dan Anhang (2009) mereka mengatakan bahwa mengganti sejumlah produksi peternakan sekarang dengan alternatif, seperti kedelai dan alternatif lain, merupakan strategi yang bagus untuk mengurangi perubahan iklim. 

Alternatif dari produksi peternakan (Goodland, 2014) dapat dari berbagai, dari whole grains (biji-bijian) dan legumes (kacang-kacangan) ke substitusi dari daging dan telur yang dibuat dari peas (kacang polong), sorghum (sorgum) dan beans (juga kacang-kacangan). Goodland dan Anhang  (2009) juga mengatakan bahwa pendekatan ini akan mempunyai efek yang jauh lebih cepat dalam mengurangi emisi GRK dan nilainya di atmosfer. 

Pendekatan ini juga dapat mengurangi secara cepat perubahan iklim dari pada mengganti bahan bakar (fuel) dari fossil ke energi terbarukan. Pertimbangan lain, bahwa penggantian itu dapat secara signifikan mengurangi emisi GRK dan membebaskan lahan untuk dihutankan kembali (reforestation) yang akhirnya akan menghapus GRK dalam skala besar. Banyak penggunaan lahan untuk peternakan dan produksi pakan ternak yang akan dapat dihutankan kembali. 

Hewan ternak saat penggembalaan, tanpa menghitung produksi makanan ternak, telah diperkirakan oleh International Livestock Institute mengokupasi 45% dari semua lahan di bumi menurut Thornton et al (2011) dalam tulisan Goodland (Goodland, 2015).

            Meskipun artikel di atas berdasarkan riset di Eropah, namun kiranya itu mirip juga di Indonesia. Bila bumi tidak terpolusi, maka topsoil bumi dapat digunakan untuk tumbuhnya berbagai tanaman, dan juga menyelamatkan hutan. Lingkungan akan semakin baik dengan tanaman-tanaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun