Mohon tunggu...
Titien Saraswati
Titien Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Arsitektur dan Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 55224. E-mail kantor: titiens@staff.ukdw.ac.id

Guru Besar Arsitektur dan Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 55224. E-mail kantor: titiens@staff.ukdw.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merawat Lingkungan dengan Gaya Hidup Vegetarian

28 Februari 2024   17:36 Diperbarui: 28 Februari 2024   17:43 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan total air yang dibutuhkan oleh orang yang menjalani gaya hidup vegetarian sekitar separuhnya dari yang dibutuhkan omnivora.

            Panas matahari dari cahaya matahari mencapai atmosfer, kemudian sebagian dari panas matahari itu direfleksikan dalam bentuk sinar infrared dan sinar lainnya berlanjut dibawa ke permukaan bumi. Permukaan bumi kemudian merefleksikan sinar matahari dan sebagian darinya akan terperangkap pada GRK. Gas yang terperangkap pada GRK adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), dan NO2 (nitrogen dioksida). 

Semakin banyak konsentrasi pada GRK, semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap, sehingga suhu permukaan bumi menjadi lebih panas. Kekuatan memerangkap panas dari CH4 adalah 25 kali dari CO2, sementara kekuatan memerangkap panas dari NO2 adalah 296 kali dari CO2.

            Beberapa informasi yang menyatakan dampak dari peternakan terhadap lingkungan  sebagai berikut. Menurut data dari United Nation Organization -- Food and Agricultural Organization (2006), menyatakan bahwa kontribusi pada GRK dari peternakan sebesar 18%. Ini lebih besar dari kontribusi pada GRK dari semua jenis kendaraan, baik sepeda motor, mobil, truk, pesawat udara, kapal, kereta api, helikopter, di dunia yang hanya 13,5%. 

Informasi ini juga menyoroti bahwa peternakan adalah sebagai 1 dari 2 atau 3 kontribusi pada problem serius pada lingkungan, baik lokal maupun global. Peternakan secara absolut adalah fokus utama karena ia bertanggung-jawab terhadap kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan kepunahan dari berbagai biodiversitas. 

Peternakan adalah penggerak utama terhadap penggundulan hutan. Sekitar 70% hutan hujan Amazon telah dikonversikan menjadi lahan peternakan. Setiap tahun, penggundulan hutan untuk peternakan menyumbang emisi sebesar 2,4 miliar ton CO2.

            Mempertahankan peternakan membutuhkan energi listrik seperti lampu-lampu dan peralatan-peralatan tambahan, seperti sistem AC utuk pemanas (heater), mesin-mesin pemotong, mesin pendingin untuk menyimpan daging. Mempertahankan peternakan juga membutuhkan sebuah rantai yang panjang untuk digunakan menurut Tan (2021). Mesin pendingin adalah rantai yang paling tidak efisien dari energi listrik. 

Rantai ini dapat dilihat dari rumah potong hewan, distributor, retailer, restoran, pasar, sampai mencapai konsumen. Rantai ketidak-efisienan yang kedua ialah transportasi untuk hewan ternak, transportasi untuk makanan hewan ternak, dan transportasi lain untuk obat-obatan, hormon-hormon, dan vitamin-vitamin untuk hewan ternak. Rantai ketidak-efisienan terakhir adalah pemanfaatan produk-produk pertanian dan lahan untuk peternakan. 

Sekitar 2/3 dari lahan pertanian di bumi telah digunakan sebagai peternakan. Menurut Paulus Setiabudi, Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas sebagaimana termuat di koran Kompas (08 November 2007),  Eropah mengimpor 70% protein (kedelai, jagung, gandum) dari produksi pertanian untuk peternakan. 

Selain itu, menurut data dari Indonesia Nutrition Network (INN), separuh orang Indonesia menderita kelaparan tersembunyi (Kompas, 16 September 2005) sebagaimana dikatakan oleh mantan Menteri Kesehatan saat itu, Dr. Siti Fadilah Supari.

            Produksi pertanian di dunia cukup untuk 7,9 miliar penduduk dunia (2021), namun mengapa kasus-kasus kelaparan masih terjadi? Makanan untuk hewan ternak sebenarnya dapat dikonsumsi oleh 7,9 miliar penduduk dunia (Tan, 2021). Sekarang penduduk dunia sebanyak 8,05 miliar (2023). Sebaiknya mengubah kebiasaan diet ke rantai yang paling pendek. Perut manusia dapat dengan mudah memproses kedelai, jagung, dan gandum tanpa melalui perut hewan ternak apapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun