Mohon tunggu...
Titien Saraswati
Titien Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Arsitektur dan Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 55224. E-mail kantor: titiens@staff.ukdw.ac.id

Guru Besar Arsitektur dan Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta 55224. E-mail kantor: titiens@staff.ukdw.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merawat Lingkungan dengan Gaya Hidup Vegetarian

28 Februari 2024   17:36 Diperbarui: 28 Februari 2024   17:43 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Merawat Lingkungan dengan Gaya Hidup Vegetarian

Oleh: Titien Saraswati

Guru Besar Arsitektur & Lingkungan, Universitas Kristen Duta Wacana

            Mengikuti sebagian dari COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, secara online melalui live streaming, menarik bahwa apa yang dituliskan di sini sedikit disentuh. Padahal ini berpengaruh untuk mengurangi gas rumah kaca (GRK) atau green house gas (GHG) agar bumi menjadi lebih baik untuk kehidupan manusia penghuninya. Sebenarnya tentang GRK ini sudah banyak tulisan-tulisan, namun tidak menyeluruh, hanya merupakan tulisan-tulisan pendek saja.  

            Global warming (pemanasan bumi) dapat dipahami sebagai kenaikan rata-rata suhu permukaan bumi. Salah satu penyebab global warming adalah aktivitas manusia yang berkontribusi terhadap GRK sebanyak 90% di atmosfer (Info global warming, pocket book www.ivs-online, 2005) . GRK adalah gas di atmosfer yang menyerap dan mengeluarkan radiasi dalam bentuk sinar infrared, atau GRK adalah suatu komponen di atmosfer yang menyerap radiasi yang memancar dari permukaan bumi. GRK dapat dikatakan sebagai "selimut" bumi. Semakin tebal GRK semakin panas suhu permukaan bumi.

            Kita tentu ingat apa yang telah dilakukan oleh mantan wakil presiden Amerika Serikat tahun 1993 -- 2001, Al Gore. Ia seorang aktivis lingkungan yang menulis buku "An Inconvenient Truth" yang terkenal itu dan telah difilmkan tahun 2006 oleh Davis Guggenheim dengan judul yang sama. 

Al Gore dikenal giat mengkampanyekan isu lingkungan, terutama bahaya emisi GRK. Tahun 2007 ia menerima Nobel Peace Prize bersama dengan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), untuk informasinya kepada dunia tentang bahaya perubahan iklim. Sekarang Al Gore juga telah menjadi seorang vegetarian mulai tahun 2009 setelah sebelumnya menyatakan tidak mau menerapkan pola makan vegetarian tersebut. Ia menyatakan, industri daging mengakibatkan krisis lingkungan karena menghasilkan CO2 dan menggunakan banyak air dalam proses produksinya.

            Dalam pembangunan rendah karbon, menurunkan emisi atau pancaran cahaya merupakan prioritas Pemerintah Indonesia (Kompas, 21 Agustus 2020). Indonesia mengurangi karbon sebagai prioritas untuk mencapai reduksi emisi di tahun 2030. Indonesia saat ini berada pada jalan yang benar untuk mereduksi emisi global, dapat dilihat dari jumlah kumulatif reduksi emisi tahun 2019 yang mencapai 23,46%. 

Indonesia tetap berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK dan untuk mendapatkan pembangunan rendah karbon. Selain itu dinyatakan bahwa kerentanan ekonomi Indonesia karena perubahan iklim adalah besar. Karena perubahan iklim akan menaikkan 80% risiko bencana, seperti banjir, erosi atau tanah longsor, dan abrasi.

            Salah satu cara sederhana mengatasi pemanasan global ialah dengan gaya hidup vegetarian -- meski hanya kecil -- dari berbagai solusi untuk melawan pemanasan global, lebih khusus untuk melawan GRK. Jejak karbon adalah jumlah total dari GRK termasuk CO2 (karbon dioksida) dan CH4 (metana) yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. 

Tujuan untuk mengubah gaya hidup yang mempunyai dampak negatif minimal adalah bukan untuk nol karbon, melainkan untuk mempunyai alternatif lain sebagai jalan yang lebih baik untuk kehidupan dengan jejak karbon yang minimal. Diet paling rendah jejak karbon adalah orang-orang yang menjalani gaya hidup vegetarian, sementara jejak karbon paling tinggi adalah dari orang-orang pemakan daging dan pemakan segala atau omnivora. 

Sedangkan total air yang dibutuhkan oleh orang yang menjalani gaya hidup vegetarian sekitar separuhnya dari yang dibutuhkan omnivora.

            Panas matahari dari cahaya matahari mencapai atmosfer, kemudian sebagian dari panas matahari itu direfleksikan dalam bentuk sinar infrared dan sinar lainnya berlanjut dibawa ke permukaan bumi. Permukaan bumi kemudian merefleksikan sinar matahari dan sebagian darinya akan terperangkap pada GRK. Gas yang terperangkap pada GRK adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), dan NO2 (nitrogen dioksida). 

Semakin banyak konsentrasi pada GRK, semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap, sehingga suhu permukaan bumi menjadi lebih panas. Kekuatan memerangkap panas dari CH4 adalah 25 kali dari CO2, sementara kekuatan memerangkap panas dari NO2 adalah 296 kali dari CO2.

            Beberapa informasi yang menyatakan dampak dari peternakan terhadap lingkungan  sebagai berikut. Menurut data dari United Nation Organization -- Food and Agricultural Organization (2006), menyatakan bahwa kontribusi pada GRK dari peternakan sebesar 18%. Ini lebih besar dari kontribusi pada GRK dari semua jenis kendaraan, baik sepeda motor, mobil, truk, pesawat udara, kapal, kereta api, helikopter, di dunia yang hanya 13,5%. 

Informasi ini juga menyoroti bahwa peternakan adalah sebagai 1 dari 2 atau 3 kontribusi pada problem serius pada lingkungan, baik lokal maupun global. Peternakan secara absolut adalah fokus utama karena ia bertanggung-jawab terhadap kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan kepunahan dari berbagai biodiversitas. 

Peternakan adalah penggerak utama terhadap penggundulan hutan. Sekitar 70% hutan hujan Amazon telah dikonversikan menjadi lahan peternakan. Setiap tahun, penggundulan hutan untuk peternakan menyumbang emisi sebesar 2,4 miliar ton CO2.

            Mempertahankan peternakan membutuhkan energi listrik seperti lampu-lampu dan peralatan-peralatan tambahan, seperti sistem AC utuk pemanas (heater), mesin-mesin pemotong, mesin pendingin untuk menyimpan daging. Mempertahankan peternakan juga membutuhkan sebuah rantai yang panjang untuk digunakan menurut Tan (2021). Mesin pendingin adalah rantai yang paling tidak efisien dari energi listrik. 

Rantai ini dapat dilihat dari rumah potong hewan, distributor, retailer, restoran, pasar, sampai mencapai konsumen. Rantai ketidak-efisienan yang kedua ialah transportasi untuk hewan ternak, transportasi untuk makanan hewan ternak, dan transportasi lain untuk obat-obatan, hormon-hormon, dan vitamin-vitamin untuk hewan ternak. Rantai ketidak-efisienan terakhir adalah pemanfaatan produk-produk pertanian dan lahan untuk peternakan. 

Sekitar 2/3 dari lahan pertanian di bumi telah digunakan sebagai peternakan. Menurut Paulus Setiabudi, Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas sebagaimana termuat di koran Kompas (08 November 2007),  Eropah mengimpor 70% protein (kedelai, jagung, gandum) dari produksi pertanian untuk peternakan. 

Selain itu, menurut data dari Indonesia Nutrition Network (INN), separuh orang Indonesia menderita kelaparan tersembunyi (Kompas, 16 September 2005) sebagaimana dikatakan oleh mantan Menteri Kesehatan saat itu, Dr. Siti Fadilah Supari.

            Produksi pertanian di dunia cukup untuk 7,9 miliar penduduk dunia (2021), namun mengapa kasus-kasus kelaparan masih terjadi? Makanan untuk hewan ternak sebenarnya dapat dikonsumsi oleh 7,9 miliar penduduk dunia (Tan, 2021). Sekarang penduduk dunia sebanyak 8,05 miliar (2023). Sebaiknya mengubah kebiasaan diet ke rantai yang paling pendek. Perut manusia dapat dengan mudah memproses kedelai, jagung, dan gandum tanpa melalui perut hewan ternak apapun. 

Dari buku Susianto et al (2008) maupun buku Satwiko (2012), diketahui bahwa hewan karnivora (pemakan daging), hewan herbivora (pemakan tumbuhan), serta manusia mempunyai ciri-ciri fisik yang membedakan pada mulut maupun bagian pencernaannya. Ciri-ciri itu semakin memastikan makanan apa yang sebaiknya mereka konsumsi. 

Sebagai contoh: hewan karnivora berkuku tajam, sementara hewan herbivora dan manusia tidak berkuku tajam. Kuku tajam itu untuk mencengkeram makanannya (daging). Hewan karnivora tidak bergigi geraham, namun mempunyai taring tajam dan melengkung untuk merobek daging yang masuk ke mulutnya, sementara hewan herbivora dan manusia bergigi geraham namun tidak mempunyai taring. 

Gigi geraham itu untuk gerakan mengunyah makanan bagi hewan herbivora dan manusia. Hewan karnivora tidak melakukan gerakan mengunyah, namun makanan langsung ditelan seluruhnya. Sedangkan panjang usus hewan karnivora 3 kali panjang badannya agar makanan lebih cepat membusuk di dalam usus. 

Namun hewan herbivora panjang ususnya 10 kali panjang badannya karena rumput/tumbuhan tidak cepat membusuk di dalam usus. Demikian pula manusia, panjang ususnya 12 kali panjang badannya. Sehingga manusia memang susunan biologisnya lebih sesuai sebagai pemakan tumbuhan, bukan pemakan daging. Di dunia, 70% air digunakan untuk peternakan dan 2/3 lahan pertanian untuk peternakan juga. Lagi, satu problem penting dari industri peternakan adalah ketidak-efisienan air. 

Sangat banyak, bergalon-galon air hanya untuk irigasi industri peternakan. Sebagai ilustrasi, untuk mendapatkan 1 kilogram daging dari merawat, memberi makan, dan penyembelihan 1 sapi membutuhkan 1 juta liter air. Menurut (Brown 2008), Presiden dari The Earth Policy Institute and Worldwatch Institute, mengatakan bahwa menggunakan air untuk memproduksi 1 kilogram daging dapat dibandingkan dengan menggunakan air untuk mandi 1 orang per tahun.   

            Tentang lingkungan binaan, mengapa lingkungan binaan (built environment) sangat penting? Sesungguhnya kita semua akan terpengaruh oleh rancangan lingkungan binaan -- terutama anak-anak dan orang-orang muda. Ketika lingkungan binaan dirancang dengan baik, hal itu menaikkan pengembangan dan kesejahteraan manusia, dan mendukung komunitas yang lebih sehat. 

Lingkungan binaan harus memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat, menawarkan suatu lingkungan hidup yang baik, dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Karakter fisiknya menyediakan ruang untuk aktivitas manusia, di mana manusia hidup, bekerja, belajar, dan bermain.

            Sementara informasi yang menyatakan bahwa vegetarian (vegetarianism), tidak hanya baik untuk tubuh dan jiwa, namun juga baik untuk lingkungan. Vegetarianism dapat menyelamatkan lingkungan, karena vegetarianism: (1) mengurangi kontaminasi air tanah, (2) mengurangi pemanasan global, (3) menyelamatkan hutan kita, (4) memastikan keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability). 

Vegetarian atau orang yang mengkonsumsi diet berbasis tanaman (plant-based diet) tidak akan mengkonsumsi daging, sebagaimana daging adalah berbahaya untuk kesehatan mereka, menurut Fanelli (Fanelli, 2007), dalam artikelnya "Meat is a murder on the environment." 

Fanelli (2007) juga mengatakan bahwa 1 kilogram daging sapi mengarah ke semakin banyak emisi GRK dari pada menaiki kendaraan selama 3 jam. Ornish et al (1998) dalam artikelnya "Intensive lifestyle changes for reversal coronary heart disease," menemukan bahwa pasien yang melakukan diet vegetarian rendah lemak faktanya terhindar dari penyakit jantung koroner. Ini karena diet vegetarian lebih rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, dan mempunyai nutrisi tumbuhan yang lebih tinggi dari pada kebanyakan diet berbahan dasar daging (meat-based diet). Mereka menunjukkan mempunyai 24% risiko lebih rendah meninggal dunia karena penyakit jantung dari pada yang non-vegetarian.

            Dengan diet berbahan dasar tumbuhan, maka akan mengurangi peternakan. Sehingga akan mengurangi juga produksi CH4 (metana) di mana CH4 mempunyai kekuatan memerangkap panas 25 kali dari pada kekuatan memerangkap panas oleh CO2 di atmosfer, seperti yang telah disebutkan di depan. 

Untuk lingkungan, berkurangnya peternakan berarti topsoil bumi  tidak akan terpolusi oleh kotoran hewan ternak yang buruk bagi kesehatan manusia (meskipun kotoran hewan ternak dapat digunakan untuk pupuk pada area tertentu). Juga, berkurangnya CH4 berarti suhu udara tidak sepanas sebelumnya. Ketika topsoil bumi tidak terpolusi, maka air tanah akan lebih baik, dapat digunakan untuk minum (dengan perlakuan khusus), mandi, juga untuk tanaman pada kebun, taman, dan vegetasi lain, maka lanskap akan menjadi lebih hijau.

            Ditunjukkan juga pada studi ini bahwa responden mencintai makhluk hidup, yaitu sapi, babi, kambing, ayam, dan sebagainya. Ini sangat baik untuk kontemplasi, sebagaimana Mahatma Gandhi mengatakan "Kebesaran suatu negara dan kemajuan moralnya dapat diprediksi dari cara memperlakukan binatang-binatangnya." Ketika mereka mencintai sapi, babi, ayam, kambing/domba, dan lainnya, mereka tidak akan memakan daging. 

Maka peternakan akan berkurang. Sehingga, dampak dari berkurangnya peternakan ini topsoil dari bumi tidak akan banyak terpolusi dari kotoran hewan ternak yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Topsoil akan menumbuhkan tumbuhan/vegetasi yang lebih sehat dan dapat menyelamatkan hutan. Tumbuhan memproduksi O2 (oksigen), udara akan lebih bersih, manusia akan lebih enak dan bersih bernafas.

            Pertimbangan lain ialah, bahwa peternakan memproduksi metana (CH4), dan nitrogen dioksida (NO2). Sapi dan kambing/domba bertanggung jawab pada 37% dari total CH4, atau 25 kali dari panas CO2 menurut United Nation Oganization -- Food and Agricultural Organization  Newsroom (2006), dalam artikel: Livestock is a major threat to environment. 

Apa dampaknya pada lingkungan di bumi? Dengan berkurangnya metana (CH4), polusi udara akan berkurang atau menjadi minimal. Sehingga itu berkontribusi dalam menurunkan GRK, akhirnya akan mengurangi pemanasan global meskipun ini tidak terlalu banyak. Karena udara lebih bersih, maka bangunan atau rumah-rumah akan mengadopsi ventilasi alam di Indonesia atau di daerah tropis lainnya, kemungkinan tidak lagi memerlukan penyejuk udara (air conditioning system - AC). 

Ini lebih spesifik pada bangunan di perdesaan (rural area), namun agak sulit bagi bangunan di kota-kota besar. Faktor lain, peternakan biasanya berlokasi di perdesaan. Sehingga perdesaan bisa rusak atau terganggu ekosistemnya oleh gas yang diproduksi peternakan.

            Bumi yang lebih baik berarti bahwa bumi tidak akan terancam oleh ancaman yang paling serius saat ini: pemanasan global. Seperti kita ketahui bahwa pemanasan global karena aktivitas manusia yang berkontribusi 90% pada GRK di atmosfer. Menurut riset dari Goodland dan Anhang (2009) mereka mengatakan bahwa mengganti sejumlah produksi peternakan sekarang dengan alternatif, seperti kedelai dan alternatif lain, merupakan strategi yang bagus untuk mengurangi perubahan iklim. 

Alternatif dari produksi peternakan (Goodland, 2014) dapat dari berbagai, dari whole grains (biji-bijian) dan legumes (kacang-kacangan) ke substitusi dari daging dan telur yang dibuat dari peas (kacang polong), sorghum (sorgum) dan beans (juga kacang-kacangan). Goodland dan Anhang  (2009) juga mengatakan bahwa pendekatan ini akan mempunyai efek yang jauh lebih cepat dalam mengurangi emisi GRK dan nilainya di atmosfer. 

Pendekatan ini juga dapat mengurangi secara cepat perubahan iklim dari pada mengganti bahan bakar (fuel) dari fossil ke energi terbarukan. Pertimbangan lain, bahwa penggantian itu dapat secara signifikan mengurangi emisi GRK dan membebaskan lahan untuk dihutankan kembali (reforestation) yang akhirnya akan menghapus GRK dalam skala besar. Banyak penggunaan lahan untuk peternakan dan produksi pakan ternak yang akan dapat dihutankan kembali. 

Hewan ternak saat penggembalaan, tanpa menghitung produksi makanan ternak, telah diperkirakan oleh International Livestock Institute mengokupasi 45% dari semua lahan di bumi menurut Thornton et al (2011) dalam tulisan Goodland (Goodland, 2015).

            Meskipun artikel di atas berdasarkan riset di Eropah, namun kiranya itu mirip juga di Indonesia. Bila bumi tidak terpolusi, maka topsoil bumi dapat digunakan untuk tumbuhnya berbagai tanaman, dan juga menyelamatkan hutan. Lingkungan akan semakin baik dengan tanaman-tanaman. 

Tanaman/tumbuhan/vegetasi memproduksi O2 (oksigen) yang vital untuk hidup manusia. Udara akan lebih bersih, manusia lebih mudah bernafas. Udara akan lebih menyenangkan, tidak terlalu panas, dan lingkungan akan lebih baik untuk bangunan dengan ventilasi alam di Indonesia dan area tropis lainnya.

            Seperti tertulis di atas, dokter Ornish et al (1998) menemukan bahwa pasien-pasien dengan diet vegetarian rendah lemak pada kenyataannya terhindar dari penyakit jantung koroner. Sudah jelas, ini karena diet vegetarian rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, dan mempunyai nutrisi tumbuhan yang lebih tinggi dari pada kebanyakan diet pemakan daging. Mereka menunjukkan mempunyai 24% risiko yang lebih rendah dari kematian akibat penyakit jantung dari pada yang non-vegetarian. 

Lebih lanjut menurut Prasasto Satwiko (Satwiko, 2012), mengatakan bahwa risiko penyakit jantung atau kardiovaskular untuk mereka yang pemakan daging dan juga merokok adalah 70%, sementara mereka yang diet pemakan tumbuhan risikonya hanya 14%.  

            Menurut aktivis untuk Lingkungan Yang Lebih Baik, McGrath (2020) virus corona dan perubahan iklim dapat dikategorikan sebagai "krisis dobel." Saat pandemi Covid-19 terjadi reduksi transportasi udara dan darat 50%, berarti ada penurunan karbon. Dunia telah mengurangi secara besar-besaran perjalanan, sehingga yang memukul emisi CO2 adalah reduksi perjalanan, baik melalui udara maupun darat. 

Dengan fakta ini, sangat mungkin sedikit daging dari peternakan atau industri daging telah ditransportasikan ke area lain, baik melalui udara maupun darat. Kemungkinan beberapa area mengalami kekurangan daging, juga produksi-produksi peternakan. Kemungkinan juga, orang-orang akan mengganti kebiasaannya ke plant-based diet atau mempunyai alternatif daging ke kedelai, sorgum, kacang-kacangan, kacang polong, dan seterusnya. 

Ketika produksi peternakan tidak ditransportasikan ke area lain, kemungkinan industri peternakan akan mengurangi produksinya. Ini menghasilkan pengurangan peternakan, pengurangan kotoran hewan ternak yang polutif pada tanah, pengurangan kentut dan sendawa dari ternak yang memproduksi CH4 (metana). Udara akan lebih baik tanpa -- atau meminimalkan -- adanya CH4.

            Karena adanya pengurangan transportasi udara maupun darat, CO2 juga akan berkurang. Sebenarnya, vegetarian tidak akan terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Mereka malah menikmati bahwa keluarganya kemungkinan mengubah diet-nya, dan mereka juga bisa mengenalkan ke keluarganya untuk memulai urban farming. Urban farming dapat dilakukan pada kota-kota besar, maka kota akan menjadi lebih hijau. Produksi urban farming dapat dikonsumsi mereka sendiri, atau dijual. Anggota keluarga yang tidak menjalani gaya hidup vegetarian kemungkinan akan mengubah gaya hidupnya menjadi vegetarian atau diet plant-based.

            Pada University of Oxford, periset-periset pada tahun 2020 menemukan bahwa diet mengurangi daging dan produk-produk susu dapat mengurangi jejak karbon dari makanan 73%. Juga beberapa ilmuwan di dunia menemukan hal yang sama. Pada Loma Linda University, California, periset-periset menemukan bahwa vegetarian mempunyai jejak karbon paling kecil, menghasilkan 41,7% volume yang lebih kecil pada GRK daripada volume yang dihasilkan para omnivora.

            Sebaiknya dipikirkan dan dipertimbangkan kenyataan di atas, namun faktanya pemerintah kita tidak pernah mempertimbangkan  gaya hidup vegetarian dapat mengurangi GRK dan pemanasan global dalam keputusan-keputusannya. Ini membutuhkan pendekatan kutural untuk mengubah pola makan penduduknya. Karena lingkungan yang baik ialah yang tidak ada produksi gas berbahaya secara eksesif. Di sini, gas berbahaya ialah CH4, CO2, NO2 yang berkontribusi pada GRK dan pemanasan global. Gas berbahaya datang dari sapi, kambing/domba, babi, dan sejenisnya.

            Singkatnya, yang memungkinkan untuk merawat lingkungan yaitu melalui beberapa aspek gaya hidup vegetarian -- meski dampaknya tidak terlalu besar karena dilakukan oleh sedikit orang yang vegetarian, namun ini tetap penting -- dapat disimpulkan: tidak mengkonsumsi daging, tetapi mengkonsumsi plant-based diet, mengurangi pembantaian/penyembelihan binatang, mengurangi peternakan dan industrinya sehingga tidak ada gas berbahaya yang eksesif dari peternakan, kentut dan sendawa hewan ternak yang memproduksi gas metana (CH4) tidak akan membuat polusi udara dan bumi, juga mengurangi produksi peternakan dan industrinya ditransportasikan ke area/wilayah lain. 

Ketika lingkungan menjadi lebih baik, akan berpengaruh pada lingkungan binaan seperti lanskap, taman, kebun, bangunan, rumah-rumah, kemungkinan tidak perlu ada penyejuk udara buatan (AC) di Indonesia atau di wilayah tropis lainnya. Ini (vegetarianism) adalah satu dari sekian kategori untuk melawan pemanasan global yang tidak pernah dipertimbangkan oleh pengambil keputusan di Indonesia. 

Seperti telah disebutkan di atas, gaya hidup vegetarian meski dampaknya tidak terlalu besar karena dilakukan oleh sedikit orang yang vegetarian, namun ini tetap penting. Bayangkan kalau gaya hidup vegetarian itu dilakukan oleh berjuta-juta atau banyak orang. Lingkungan binaan akan menjadi jauh lebih baik dari pada sekarang. Bukan berarti peternakan dihilangkan, akan tetapi dikurangi.

            Terakhir, sekolah dan lembaga pendidikan biasanya membawa anak-anak berwisata ke suatu tempat, antara lain agar anak-anak itu tahu seperti apa proses menanam padi sehingga menjadi nasi yang dimakan sehari-hari. Anak-anak itu biasanya dibawa ke sawah oleh guru-gurunya. Cobalah sekarang membawa anak-anak ke tempat di mana daging didapatkan dan dimakan anak-anak itu. Pastinya dibawa ke tempat pemotongan hewan. Yakinlah bahwa anak-anak itu tidak akan mau lagi memakan daging hewan. Mereka saat dewasa pasti akan lebih sehat, seperti Al Gore yang lebih sehat setelah ia menjadi vegetarian.

Referensi

Brown, L.R. (2008). http://www.earth-policy.org/images/uploads/book_files/pb3book.pdf

Fanelli, D. (2007). Meat is a murder on the environment, dalam The New Scientist 195 (2613): 15 July 2007.

Goodland, R. dan Anhang, J. (2009). Livestock and climate change: What if the key factors in climate change are ... cows, pigs, and chickens? http://www.worldwatch.org/files/pdf/Livestock%20and%20Climate%20Change.pdf 

Goodland, R. (2014). http://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/gcb.12454

Goodland, R. (2015). A fresh look at livestock greenhouse gas emission and mitigation potential in Europe. Global Change Biology, pp 2042-2044.

          http://online.libarary.wiley.com/doi/10.1111/gcb.12454/abstract

Info global warming global vegetarian -- Sentuh hati dengan alam (2005). Pocket book www.ivs-online dan www.the-inla.org

Kompas, 16 September 2005. Indonesia Nutrition Network (INN).

Kompas, 08 November 2007. Eropah mengimpor 70% protein (kedelai, jagung, gandum) dari produksi pertanian untuk peternakan.

Kompas, 21 Agustus 2020. Sains, lingkungan & kesehatan: Pembangunan rendah karbon, penurunan emisi tetap prioritas.

McGrath, M. (2020). https://www.bbc.com/news/science-environment-52485712

Ornish, D. et al (1998). Intensive lifestyle changes for reversal coronary heart disease, dalam JAMA 1998: 280 (230: 2001-2007)

Satwiko, P. (2012). Saya vegan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

          http://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/188274

Susianto, et al (2008). Diet enak ala vegetarian. Jakarta: Penebar Plus.

Tan, C. (2021). https://www.facebook.com/notes/dee-lestari/bumi-kita-butuh-langkah-cepat-please-go veggie/83997613388

United Nation -- Food and Agricultural Organization (UN-FAO) (2006). Livestock's long shadow. http://en.wikipedia.org/wiki/Livestock%27s-Long_Shadow

UN-FAO Newsroom (2006). Livestock is a major threat to the environment.

          http://www.fao.org/newsroom/en/news/2006/1000448/index.html

---TS---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun