Keputusanku sudah bulat untuk untuk mengikat hubungan dengan Sasa dalam ikatan pernikahan. Â Gayung bersambut, rasa yang kupendam selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Â Namun, Sasa mengajukan syarat untuk tidak mengadakan resepsi, hanya ijab kabul.
Hari yang kunantikan tiba, ijab kabul akan di laksanakan secara sederhana di sebuah masjid yang hanya dihadiri kalangan keluarga. Â Acara berlangsung penuh hikmad, raut wajah bahagia terpancar tatkala ijab kabul telah selesai di laksanakan.
 Namun, takdir tak dapat di elakkan.  Sasa  dilarikan ke rumah sakit hanya berselang 5 jam setelah pelaksanaan ijab kabul. Seketika tubuh terasa lunglai saat mengetahui Sasa telah mengembuskan napas terakhir tanpa ada satupun riwayat penyakit dan hanya sempat mengucap kalimat menitip anak-anaknya padaku.
      "Tuhan, hanya takdirkan untuk mengenalmu dan memilikimu hanya untuk sekejap.  Tenanglah di alam sana, aku pasti akan menjaga Ziza, Zizi, dan Ziyad." bisikku lirih sambil mengecup keningnya.Â