Mohon tunggu...
tintaungu
tintaungu Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas

Menulis Fiksi maupun non fiksi Slogan : Menulislah, karena sejarah tidak akan pernah punah di tangan penulis Menulislah, agar orang tahu siapa kamu di masa lalu Menulislah, agar kelak hanya ragamu yang terkubur di perut bumi, tetapi karyamu tetap membumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikhlas Tak Berbatas

19 Juni 2022   19:54 Diperbarui: 19 Juni 2022   20:34 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Sa, kamu kenapa?" Aku menarik tangan kanannya, tetapi Sasa pun menepisnya.

            "Kuharap kamu bisa menjaga jarak yah, bantu aku menjadi lebih baik lagi." Sasa pun bergegas meninggalkanku yang hanya bisa berdiri mematung. 

            Hingga berlanjut keperguruan tinggi,  Sasa jauh lebih menutup diri.  Komunikasi sangat terbatas dan hanya pada persoalan kampus.  Pada semester lima, Sasa dipersunting oleh Akbar Abdillah, seorang tenaga pengajar muda sekaligus aktivis dakwah di kampus. Impian untuk memiliki Sasa seutuhnya kini luluh lantah.  Akbar Abdillah, sosok pria yang  memiliki keberanian lebih dariku untuk membuktikan rasa cintanya pada sosok Sasa.  Wanita satu-satunya yang berhasil memikat hatiku kini telah milik orang lain.  Lirik lagu Lyodra terlanjur mencintaimu sayup sayup terdengar, entah mengapa aku begitu rapuh kehilangan sosok Sasa.

            "Seegois apapun diriku,  aku masih takut untuk kehilanganmu, percayalah. Tapi ketika hatimu telah milik orang lain        cara terbaik untuk mencintaimu adalah dengan mengikhlaskan. Pergilah!" bisikku lirih sambil mencoba memejamkan mata berharap dapat tertidur dengan lelap.

Hari berlalu, pekan berganti, tahun demi tahun terus berjalan.  Kehadiran Ibu yang selalu menguatkan langkahku, menyadarkanku bahwa Sasa memang mungkin bukan ditakdirkan untukku.  Demi Ibu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk lebih dekat kepada-Nya dan mengikhlaskan Sasa untuk menjadi milik orang lain. 

Kini aku telah menyelesaikan pendidikan S2 di University of Oxford Inggris dan kembali ke Indonesia untuk mengembangkan perusahan milik orangtua.   Di usia ke-25 tuntutan demi tuntutan orangtua padaku untuk segera memiliki pasangaan hidup. 

Namun, aku masih saja betah dengan kesendirian. Hidup di luar negeri ternyata tak mampu menghapus bayang-bayang dan kenangan tentang Sasa,  meski sepotong kabar pun tak pernah lagi aku dengar darinya.   

Jam menunjukkan pukul 24.02 WITA, tetapi mataku masih saja enggan untuk terpejam.  Iseng-iseng kubuka media sosial facebook dan mencoba mencari nama Sasa Mikayla Adrian.  Akun milik Sasa seketika membuatku tercengang.  Ucapan belasungkawa dari beberapa teman facebook Sasa menghiasi akun miliknya.  

Mataku semakin enggan terpejam hingga terdengar suara azan di masjid, waktu shalat Subuh telah tiba.  Bergegas aku menyingkap selimut yang masih menutup tubuhku dan beranjak dari pembaringan.  

Shalat Subuh segera kutunaikan di sebuah masjid yang tidak jauh dari kediamanku.  Sejenak aku larut dalam untaian doa, tak lupa kuselipkan nama Sasa di bait doaku.

Mentari telah tersenyum di ufuk timur.  Dengan menggunkan Honda Jazz berwarna silver segera aku melaju di atas aspal yang masih sepi dengan pengendara.  Memang masih terlalu pagi, cuaca masih terasa dingin, tetapi rasa penasaran yang mengantarkanku ke sebuah alamat yang tertera pada profil facebook milik Sasa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun