Mohon tunggu...
Timotius Cong
Timotius Cong Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penginjil

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Depresi BISA Di Sembuhkan

10 Juni 2020   16:21 Diperbarui: 18 Juni 2020   17:48 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai menganalisa sendiri. Terbersit dalam pikiran saya, "Jangan-jangan sesak nafasnya ini karena masalah psikologis, jadi dia menderita sakit Psikosomatis."Mengapa saya bisa menyimpulkan demikian? karena semua masalah penyakit fisik yang menjadi penyebab sesak nafas sudah diperiksa dan hasilnya baik-baik. Demikian juga obat yang selama ini dia minum lebih cenderung obat penenang. 

Akan tetapi, pertanyaannya, apa masalah Psikologi yang dialami oleh istri saya?Apakah Depresi bisa membuat orang sesak nafas?Apa penyebab dia mengalami depresi seperti itu? apakah masalah uang? Saya merasa hidup kami cukup-cukup aja, pekerjaan juga baik-baik aja.

Saya mulai berpikir untuk mengajak dia pergi konseling. Akan tetapi, pada saat saya ajak dia ke Psikolog, dia tidak mau. Karena bagi dia, orang yang pergi ke Psikolog akan langsung di anggap sakit jiwa. Jadi stigma negatif ini yang tidak siap dia terima. Padahal tidak semua orang yang ke psikolog selalu sakit jiwa. Demikian juga, saat saya mengatakan dia depresi dan stress, dia juga tidak terima. karena dia berkata bahwa dia baik-baik saja.

Kalau begitu, saya yang harus belajar mengkonseling dia secara pribadi. Sedangkan saya bukan konselor, bukan psikolog. Hanya Hamba Tuhan yang bisanya menasihati orang dengan ayat-ayat Alkitab. Sementara istri saya, sudah saya nasihati dengan Firman Tuhan tetap tidak mampan.

Pada suatu hari, saya berusaha menciptakan suasana yang baik. Saat itulah dia mau jujur kepada saya. Dia mengatakan satu kalimat yang membuat saya tergoncang. Apa yang dia katakan? Dia berkata, "Justru yang membuat saya depresi, bukan orang lain dan juga bukan masalah, tetapi KAMU." Sambil menunjukkan tangannya ke arah saya. 

Dia melanjutnya, 'Apapun masalah hidup, saya bisa terima jika kamu berubah." Wah, saya tidak bisa menerima hal itu. Saya merasa sudah cukup mengasihinya, tetapi sebagai konselor dadakan, saya harus menerima hal itu. 

Lalu saya bertanya, "Hal apa dari diri saya yang membuat kamu depresi?" Dia menjawab, "Sikapmu pada saya yaitu kalau kamu bicara selalu bentak-bentak, suara keras sampai 3 rumah terdengar. Kalau saya lagi sakit, kamu tahunya cuma marah-marah dan ngomel-ngomel." Hari itu saya langsung shock.

Saya terus berpikir dan baru sadar, ternyata, yang menyebabkan istri saya depresi, bukan masalah hidup dan juga bukan orang lain, tetapi saya yang adalah orang dekat dia. Saya terus merenungkan apa yang dia katakan. 

Di satu sisi, saya tidak bisa terima, tetapi di sisi lain, inilah kenyataan yang harus saya cerna dan renungkan. Satu kalimat demi kalimat keluar dari mulutnya sambil menangis. Walaupun menyakitkan bagi saya, karena dituduh seperti itu. 

Saya belajar diam dan mencoba mendengar semua curahan hatinya. Setelah dia selesai mengatakan semua sakit hati, dan kepahitan hidupnya kepada saya. Saya tidak mau membantah dan tidak membela diri lagi. Hanya terdiam dan meminta maaf kepada dia. 

Dia juga memaafkan saya, kami berpelukan sambil menangis. Saya merasa menyesal, "Mengapa saya secara tidak sadar sudah menyakiti istri yang saya kasihi. Padahal dia sudah rela hidup bersama dengan saya. Sekalipun saya hidup pas-pasan." Ternyata antara mengasihi dan menyakiti sangat tipis sekali perbedaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun