Perhatikan pilihan kata "senyummu" --bukan marahmu--, penulis tampaknya hendak menegaskan bahwa pralaya bukan wujud angkara Allah. Pralaya hakikatnya peleburan kehidupan untuk dimurnikan kembali. Siwa sang pralina menjalankan kuasanya dengan cinta, mengembalikan atman pada Paratman.
Di dalam "Ayunan Waktu", Brahma bicara tentang peciptaan dan peleburan sebagai "di ayunan waktu." Sebagai manifestasi Kuasa Penciptaan, tentu saja Brahma berharap karyaNya abadi. Dia memohon untuk itu--"rayuan doaku"--, namun ia tahu Cahaya Ilahi tidak menghendakinya--"Cahayamu membekukan"||.
Frasa Ayunan Waktu hendak menunjukkan bagaimana proses penciptaan dan peleburan terjadi berulang (pralaya kalpa), dan Brahma terus menyaksikannya.
Siklus kehidupan terjadi setiap 1 hari kalpa (1 hari bagi Brahma). Diciptakan pada siang hari Brahma dan dilebur pada malam harinya. Satu hari kalpa setara 4.320.000.000 tahun. Brahma sendiri ditakdirkan hidup 100 tahun kalpa sebelum ia sendiri dilebur Siwa dan semesta (atau juga versi hanya galaxy Bima Sakti --karena masing-masing Galaxy memiliki Brahma sendiri) kembali pada Sang Brahman (wikalpa pralaya).
Tri Tunggal AUM di dalam Puisi "Kisah Kita" dan Puisi "Satu Pelukan"
Brahma (A), Wisnu (U) dan Siwa (M) muncul relatif bersamaan.
Wisnu telah ada duluan.[17] Tetapi Wisnu tak bisa melakukan tugasnya sebelum Brahma, manifestasi kuasa penciptaan muncul dari pusarnya. Segera setelah Brahma mewujud, Siwa muncul dengan getar yang mengoyangkan teratai tempat Brahma berpijak.
Kelahiran menunjukan bahwa ketiganya hanya manifestasi kekuasaan Sang Hyang Widi. Ini cara lain mengingatkan ke-Esa-an Sang Ilahi sebagaimana diperingatkan Kresna di dalam Bhagawatgita.
Ketiganya adalah satu kesatuan--"wajahku telah menjadi wajahmu dan bayi yang terlahir kembar tetapi tak terpisahkan"||.
Mereka adalah tiga manifestasi tak terpisahkan. Penciptaan yang melahirkan "penuh tanya"; pemeliharan yang selalu "penuh cinta"; dan peleburan yang bagai[20] "penuh kutuk."
Pengulangan ketiga hal itu dalam urutan yang berbeda hendak menunjukan bahwa ketika kekuatan itu bukanlah satu melebihi yang lain. Ketiganya adalah satu kesatuan proses--"saling bertukar degup jantung berbagi nafas"--penciptaan, pemeliharaan, pemurnian (peleburan), lalu penciptaan lagi dan seterusnya, seperti pendulum, akhir adalah awal, awal adalah akhir.
Brahma tentang Dirinya Sendiri