Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Non Mortuus Kartini

22 April 2018   02:03 Diperbarui: 15 Februari 2020   15:29 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari amp.thisisinsider.com dan dblindonesia.com

Sepanjang pergaulan itu, Badri mengenal Gita sebagai gadis yang cerdas, berpikiran terbuka, dan berjiwa merdeka.

Badri dan Gita terlihat cukup sering berjalan bersama dan bercakap-cakap. Kawan-kawan mereka menyangka keduanya berpacaran. Tetapi tidak begitu. Belum sampai ke sana.

Badri tentu saja mau. Entahlah dengan Gita. Badri baru saja merencanakan mengungkapkan isi hatinya ketika Gita justru mulai jarang terlihat di tempat dan jam-jam yang biasanya.

Ketika itu belum ada telepon genggam. Hanya pager yang terlihat digenggam mahasiswa. Itupun hanya segelintir mahasiswa. Badri dan Gita tidak memilikinya.

Badri dan Gita memang masih berjumpa tetapi dengan intensitas dan frekuensi yang kian renggang. Awalnya Badri berpikir semester baru telah mengubah jadwal-jadwal mereka. Ketika Badri memiliki waktu senggang, Gita masih berada di ruang kelas. Ketika Gita memiliki jam kosong, Badri tenggelam dalam praktikum.

Kemudian kondisi memburuk. Gita sama sekali hilang. Seolah-olah sulur-sulur bougenvile telah menjerat dan membenamkannya ke pilar-pilar beton yang berbaris di beranda gedung-gedung dan koriodor antar-gedung.

Badri mencarinya ke sekretariat unit kegiatan mahasiswa tempat Gita aktif. Tak ada hasil. Gita sudah beberapa bulan tidak muncul, persis sejak perjumpaannya dengan Badri  merenggang. Demikian pula jawaban anak-anak Himastron, Himpunan Mahasiwa Astronomi.

Badri akhirnya menyerah. Posisi Gita pun tergantikan gadis teman seunit kegiatan Badri, Mita, anak Planologi.

Suatu ketika  Mita mengajak Badri makan di kantin kampus. Ini ulang tahun Mita. Saat makan Badri merasakan getaran, seolah dirinya sedang diperhatikan seseorang. Ia menoleh ke arah sumber getaran.

Dari pojok, sepasang mata yang ia kenal memandangnya. Hanya sepasang mata yang terlihat sebab seluruh wajah pemiliknya terkerudungi kain hitam, persis seperti gaya pakaian perempuan era Mesopotamia kuno atau para perempuan elit Mesir di zaman penyembahan Ra, Amun, Osiris, Isis dan para kerabatnya.

Badri ingin sekali menyapa tetapi ia menahan diri demi menghormati Mita. Apalagi Gita juga tampak menyembunyikan hasrat ingin menyapa. Mungkin ia sungkan pada teman makannya. Lelaki di depan Gita itu seorang aktivis dari organisasi mahasiswa relijius yang terkenal reaksioner. Menjadi tahulah Badri jika Gita telah menjadi anggota mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun