“Begini, selama ini kita selalu konsoltasi sama dokter. Namun, dua minggu yang lalu saya coba konsoltasi sama Ustadz Jamil mengenai masalah kita. Menurut beliau, kita jangan sampai putus asa, hendaknya kita terus meminta, berdoa pada Allah, serahkan semuanya pada Allah, semua mudah saja bagi Allah. Waktu itu beliau menyetir ayat yang ada pada Surah Maryam, tentang cerita Nabi Zakaria yang sudah tua dan istrinya yang diponis mandul, namun, dengan izin Allah istrinya bisa hamil. Beliau menyarankan agar kita mengamalkan Surah Maryam itu, dan tak lupa kita bertaubat, serta mohon ampun kepada Allah, dan kita juga disarankan minta maaf pada orang tua, terutama pada mama, sekaligus minta doakan pada mereka, dan memperbanyak tahajjud serta menyantuni anak yatim.”
“Ahh..., Mas ini bercandanya keterlaluan, andai saja Mas langsung bercerita solusi yang ditawarkan Pak Ustadz tadi, mungkin sakit hati ini tidak akan terjadi Mas.” ungkap Linda
“Aku cuma ngetes aja, cemburu apa tidak?” Galih hanya tertawa.
“Huuuh, dasar...”
“Sudah, sudah...sudah...gimana pendapatmu dengan solusi yang disarankan Ustadz Jamil tadi?”
“Ya, Mas, sepertinya benar apa yang dikatakan Ustadz Jamil, selama ini kita terlalu sibuk dengan urusan bisnis, sehingga orang tua kita sendiri kurang terperhatikan, dan kita juga jarang bersedekah, jangankan tahajjud, salat lima waktu pun terkadang kita lalai. Mungkin ini teguran Tuhan buat kita, sehingga aku diberi kelainan pada rahim dan kita belum dikasih momongan.”
“Kalau begitu, mulai malam ini kita ubah kebiasaan lama dengan apa yang disarankan Ustadz Jamil tadi, gimana, setuju?”
“Ya Mas, saya setuju.”
Malam pun terus merangkak dan menjadi saksi ikrar dua insan yang sama-sama merindukan hadirnya tangisan bayi di tengah-tengah mereka.
***
Dua bulan berlalu, pasangan suami-istri itu terus dengan tekun menjalankan saran Ustadz Jamil. Suatu ketika, sepulang dari kantor, Galih mendapati istrinya uring-uringan. Memang dua bulan terakhir ini emosi Linda kadang tak terkontrol. Saat ini Linda merasakan pusing dan mual yang teramat sangat.
“Uak...uak...uak,” Linda muntah.