Mohon tunggu...
Tiarna Samosir
Tiarna Samosir Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sosial, Lingkungan dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutilang dan Pohon Jambu Kelutuk

18 Mei 2024   16:48 Diperbarui: 18 Mei 2024   16:51 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudah sekolah laginya,Bu. Dua hari Banu tak berangkat sekolah" imbuh anak itu.

"Baiklah. Ibu akan menebang pohon itu" kataku.

"Janganlah,Bu. Kan lagi banyak buahnya" kata beberapa anak serentak.

"Jangan sampai ada korban jatuh lagi", jelasku menambahkan alasannya.

"Banu yang salah. Jangan sampai ke ujung, Banu. Nanti patah. Rupanya patah dan Banu jatuh" cerita anak itu yang ternyata sudah memperingatkannya.

Akhirnya, aku mengingatkan mereka semua. 

"Tidak diizinkan lagi memanjat pohon yang ada di sini!" kataku sungguh-sungguh.

"Kalau ada yang panjat lagi, bukan tanggungjawabku. Bilang sama teman-teman kalian!" tandasku.

"Iya,Bu." kata mereka. Akhirnya mereka pergi satu persatu pindah ke tempat lain untuk melanjutkan permainan mereka.

Hatiku jadi sedih, karena lokasi ini tempat mereka bermain hampir setiap sore. Ya bermain gundu. Bermain lempar kartu. Bermain lempar gambar. Bermain lompat tali dan berbagai permainan lainnya sesuai musimnya.

Sejak saat itu, sudah jarang anak-anak bermain di sekitar rumahku. Anak-anakkupun sudah memiliki kesibukan yang semakin bertambah, baik di sekolah maupun di beberapa kursus yang menghabiskan waktu sore mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun