Mohon tunggu...
tiara shafira azzahra
tiara shafira azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasisa Ilmu Politik Universitas Bakrie

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Security Dilemma Negara di Kawasan Timur Tengah terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran

14 Juli 2022   15:20 Diperbarui: 14 Juli 2022   15:32 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Mula Ketegangan Pada Kesepakatan Nuklir Iran

Pada akhirnya kesepakatan ini tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya dan pada 2018, Donald Trump juga menyatakan mundur dari perjanjian dengan alasan malu dengan adanya perjanjian tersebut serta tetap akan memberlakukan sanksi kepada Iran seperti sebagaimana mestinya. 

Permulaan kesepakatan antara Iran dan AS dilakukan atas dasar rasa mampunya diplomasi AS dalam menjembatani perubahan dalam bidang senjata nuklir. Ia mencoba memposisikan diri sebagai penengah dari permasalahan dan keraguan yang dirasakan oleh banyak negara. Karena, dominasinya yang cukup besar juga akhirnya menjadi daya tarik tersendiri bagi negara maju untuk ikut serta didalamnya.

Di Iran, terdapat program nuklir yang tertanam di Teheran yang juga merupakan hasil produk buatan AS yang dilakukan atas permintaan raja Iran Reza Shah, beliau menginginkan pembangunan reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir sebanyak 20 titik di semenanjung Iran dan yang mana merupakan reaktor riset pertama yang telah diciptakan sejak 1957 dan memiliki daya sebesar 5 megawatt. 

Alasan tersebut juga menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam bagi AS bahwa Iran dapat mengembangkan teknologi nuklir secara personal dan mengalahkan kekuatan persenjataan dari negara tersebut.

Hingga akhirnya pertimbangan ekonomi menjadi sebuah titik lemah yang dipegang kuat untuk dapat mengelabui Iran dan mempertahankan keamanannya. Setelah sekian dekade program nuklir berjalan, telah banyak tahapan dilakukan, 

adanya negosiasi dengan pihak NATO dan European Union serta pengambilan langkah pengayaan uranium dan pembuatan Enrichment Atomic Nuclear yang membuat Iran bisa saja membuat senjata nuklir yang memiliki daya ledak besar dan berdampak buruk bagi lingkungan.

Selain itu, dengan adanya program nuklir Iran yang sudah dijalani sejak tahun 2002 ini telah menciptakan peta geopolitik baru di kawasan Timur Tengah dimana sentral kekuatan yang semula hanya berpusat pada negara negara penguasa minyak seperti Arab Saudi dan negara yang memiliki dukungan Amerika Serikat seperti Israel,

 berubah menjadi lebih heterogen dengan datangnya Iran sebagai pemain baru senjata nuklir di Timur Tengah yang tentunya dianggap sebagai ancaman bagi negara negara sekutu di semenanjung Arab. 

Setelah ikut dalam kesepakatan, Iran juga diajak untuk ikut serta dalam JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) yang didalamnya membahas tentang pelarangan pengembangan dan keikutsertaan Iran dalam kompetisi pengembangan senjata roket (diadopsi dari UN Security Council 2231 yang mengatur Iran tidak diizinkan untuk mengembangkan Intercontinental ballistic missile).

Ketegangan isu nuklir kian meningkat setelah terbunuhnya Jenderal Iran Qassem Soleimani akibat dijatuhi bom dari pesawat tanpa awak di Irak pada Januari 2020 silam yang ternyata dilakukan oleh pihak Amerika Serikat. Pejabat luar negeri Iran menganggap perlakuan AS sebagai ajakan Perang terbuka kepada Iran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun