Konsep security dilemma digunakan sebagai fokus utama, spesifiknya dengan menggunakan teori realisme yang dikemukakan oleh Hans Morgenthau dan Kenneth Waltz. Teori ini diangap tepat karena terdapat beberapa relevansi.Â
Pertama, pengembangan nuklir Iran meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya. Kedua, Hegemoni Amerika di kawasan tersebut membuat Iran berada dibawah ancaman-ancaman kebijakan-kebijakan Barat.
Teori Realisme
Dalam sebuah perkembangan studi keamanan mempunyai beberapa pendekatan yang sangat berkesinambungan dengan perkembangan studi keamanan yang awal pertama kali ada namanya pendekatan realisme klasik pendekatan ini awal muncul pada era 1939,Â
menurut pendekatan realisme klasik dalam hal ini menekankan pada sifat dasar manusia sebagai kekuatan dan menggerakkan sejarah, dimana fokusnya berada di level domestik negara, penggunaan narasi historis dan orientasi praktis dari penjelasan teorinya (Rosyidin, 2020).
Realis mengkritik idealisme yang menganggap perdamaian tercipta oleh organisasi internasional, sedangkan realisme sendiri melihat bahwa negara akan mementingkan dirinya sendiri dan hukum internasional tidak memiliki otoritas untuk mengatur (Car, 2016). Kekuasaan adalah tujuan utama negara, maka negara akan berusaha memperebutkan kekuasaan (Morgenthau, 1948).
Realisme klasik dalam hal ini adalah sebuah keinginan untuk mencapai sebuah kekuasaan lebih mengakar menuju bentuk sifat kemanusiaan yang kurang sempurna, dan negara terus menerus terlibat dalam sebuah eksekusi perjuangan untuk meningkatkan kemampuan mereka (Dugis, 2016).Â
Tidak adanya gabungan elemen internasional dan pemerintahan negara merupakan permissive condition yang membebaskan selera manusia dalam memerintah (Steven, et al., 2009).Â
Inside nya atau akar dalam hal ini yaitu kacamata pendekatan realisme klasik cenderung memaparkan kepada bentuk konflik yang dilakukan oleh manusia atau dari domestics politics system yang memberikan peluang kepada kelompok tertentu yang rakus untuk mengejar kebijakan luar negeri ekspansionis yang mementingkan diri sendiri (Winarno, 2009).
Â