Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer🔸Random photographer🔸Random learner Menulis itu foya foya rasa. Berpestalah dengannya agar kau bisa membungkam monyet dalam kepalamu yang berisik.

Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen. Cerpen 'Tledhek Desa Kedungmati' juara 1 sayembara pulpen Kompasiana XVII. Cerpen 'Oetari' juara 1 lomba cerpen Arkaiscreative Publishing. Cerpen '6174' dan 'Boneka' juara harapan 2 Geladerikata. 'Multikultur Budaya Leluhur' terpilih menjadi juara 2 lomba menulis bersama Golagong. Cerpen 'Dunia Belum Kiamat' juara harapan 2 lomba Epilog Geladerikata. Buku kumcer Jerat Kelam meraih juara 2 Arkaiscreative. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2022. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2023. Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Introvert yang hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan buibu. Antimainstream yang muak dengan hal template.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Anjing dan Tiga Ekor Paijo

19 Januari 2025   21:25 Diperbarui: 19 Januari 2025   21:19 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Masih mengalungkan handuk merah pudar yang sedikit sobek di tengahnya, Ongko menemui tiga orang Paijo yang datang ke gubuknya. Air di rambutnya menetes-netes, meleleh melalui jidat menuju pipi dan berakhir di mulut, menandakan kalau ia baru saja mandi. 

"Monggo, Pak, Cak, masuk aja." 

Ketiga tamu Ongko saling lirik. Dua orang di antaranya memasang ekspresi jijik. Ongko melihat dengan jelas, tapi tak peduli. Ia menatap ketiga tamunya dengan diam sambil sesekali menyesap air tetesan dari rambutnya.

"Kamu pemilik kerek yang bernama ... mmph ...?" Paijo Kampret membuka suara dan tampak kebingungan ketika hendak menyebut nama anjing Ongko. Sepertinya sangat tak rela.

"Paijo. Nama anjing saya Paijo."

"Ghuk!" Paijo Kerek menyahuti dari jauh yang membuat ketiganya menoleh ke arahnya. Juragan Paijo tampak tak mengenali anak anjing itu.

"Nak Ongko, sebaiknya nak Ongko mengganti nama untuk kerek tersebut." Paijo Brambang menasihati dengan lemah lembut. Tak lupa senyum termanis ia pasang. Sekarang ganti Ongko menatap lawan bicaranya dengan jijik. 

"Manusia memang bermuka dua, tiga, atau dua puluh lima," batin Ongko. 

"Tidak, Pak. Nama itu cocok untuk dia."

"Tapi itu nama untuk manusia!" Paijo Kampret tersulut emosi seperti biasa. Telunjuknya menunjuk hidung Ongko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun