Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Urgensi Pemanfaatan Produk Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial

16 Juli 2020   23:04 Diperbarui: 16 Juli 2020   23:09 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, bagi yang memiliki dana cadangan, tentu dapat juga digunakan untuk berinvestasi diberbagai lembaga yang berada di bawah naungan OJK. Walau demikian, tetap harus melakukannya prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan berbagai risiko.

Atau barangkali ada yang tertarik dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN). Dengan cara seperti ini, tentu kita akan mendukung masukan untuk APBN yang dapat dimanfaatkan untuk kelanjutan pembangunan, menggeliatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Itulah beberapa bentuk dukungan yang dapat dilakukan masyarakat mendukung Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang merupakan cakupan dari kebijakan makroprudential. Tentunya masih banyak bentuk dukungan lain yang dapat dilakukan dan yang sejalan dengan kebijakan makroprudensial.

Bank Indonesia sebagai Pemegang Otoritas Kebijakan Makroprudensial

Ngomong-ngomong, apakah maksudnya kebijakan makroprudensial tersebut?

Menurut IMF, kebijakan makroprudensial itu adalah kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan peningkatan risiko sistemik.

Artinya, kebijakan makroprudensial tidak hanya fokus pada tingkat individu dalam sistem keuangan (seperti perbankan saja). Kalau hanya fokus pada tingkat individu dalam sistem keuangan, itu namanya kebijakan mikroprudensial.

Atau kalau dibuat analoginya, maka sahabat pembaca dapat membandingkan kebijakan makroprudensial dengan mikroprudensial seperti pada dua gambar berikut!

sumber ilustrasi: Bank Indonesia
sumber ilustrasi: Bank Indonesia
Jadi, mengapa kebijakan makroprudensial tidak hanya bicara tentang individu lembaga keuangan? Setidaknya tidak lepas dari tiga hal berikut.

Pertama. Sumber risiko sistemik tidak selalu bersumber dari institusi keuangan (seperti perbankan saja). Tapi bisa juga dipengaruhi elemen sistem keuangan lain, seperti: korporasi, Institusi Keuangan Non Bank (IKNB), rumah tangga, infrastruktur keuangan, dan pasar keuangan.

Kedua. Adanya contagion effect akibat dari keterkaitan antar elemen sistem keuangan (interconnected) seperti yang sudah disampaikan di atas.

Ketiga. Bahwa potensi dampak yang ditimbulkan dari risiko sistemik sangat luas, tidak terbatas pada sektor keuangan saja, tapi dapat juga merembet kepada perekonomian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun