Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Sarjana Hubungan Internasional. Pembaca, Penulis dan Analis Sosial.

Tertarik pada isu politik, hukum, filsafat dan dinamika global. Sesekali mengulas kultur populer dan review film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apabila Kematian hanya Keyakinan, lalu Hidup Mencari Apa?

3 Desember 2024   16:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:10 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai manusia, kita mungkin tidak bisa menghindari kematian, tetapi kita dapat mengupayakan kualitas hidup yang lebih baik selama kita masih hidup. Dengan memahami bagaimana tubuh kita bekerja dan apa yang menyebabkannya berhenti bekerja, kita dapat membuat pilihan yang lebih baik tentang kesehatan dan gaya hidup kita.  

Mengafirmasi Kematian Sebagai Akhir Perjalanan Manusia.

Kematian yang diyakini sebagai fenomena yang melampaui sekadar malfungsi organ atau penghentian fungsi otak. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari siklus kehidupan, yang sama alamiahnya dengan kelahiran. Perspektif medis memberikan kita wawasan tentang mekanisme fisik di balik kematian, sementara pandangan spiritual membantu kita menemukan makna dan tujuan di dalamnya.  

Mungkin tubuh manusia adalah mesin yang suatu saat akan rusak dan berhenti berfungsi. Tetapi manusia, dengan kesadaran dan kemampuannya untuk mencintai, bermimpi, dan menciptakan, adalah lebih dari sekadar mesin. Dan mungkin, itulah yang membuat kematian, dalam segala kesedihannya yang menjadi sesuatu yang juga indah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun