Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apabila Kematian hanya Keyakinan, lalu Hidup Mencari Apa?

3 Desember 2024   16:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian adalah salah satu fenomena yang paling misterius sejak masa purba. Berbagai sudut pandang dihadirkan sebagai cara manusia mencerna proses hilangnya nyawa dari jasad fisik seorang manusia. Sebagian besa peradaban berkembang dengan membawa pertanyaan pada proses mistifikasi dan sakralisasi pada kematian itu sendiri, karena jawaban soal kematian adalah penjelasan yang sulit dipahami dan dimengerti oleh nalar manusia. 

Di beberapa peradaban kuno, dengan mudahnya kita dapat menemukan dewa sesembahan yang dianggap sebagai dewa bencana dan Kamatian, karena perihal kematian tidak pernah bosan untuk diulas sebagai upaya mencari kebenarannya. Tidak pernah ada manusia yang dapat menjelaskan perihal kematian secara logis, terkecuali dalam pandangan medis yang berarti terhentinya fungsi organ tubuh manusia dan manusia mengalami shutdown, sebagaimana proses yang terjadi di komputer saat komponennya berhenti untuk memproses data dan informasi.

Begitupun halnya tidak terdapatnya bukti yang dapat secara gamblang menjelaskan pasca kematian itu apa. Apakah ada kehidupan setelah kematian? Ataukah kematian adalah akhir dari proses panjang itu sendiri?

Memang kematian adalah sebuah hal ditakuti oleh kebanyakan manusia, sebagaiman menelusuri pesisir sungai Amazon yang hingga saat ini masih terlalu berbahaya untuk dilakukan, kematian yang tidak dapat dibuktikan ataupun dijelaskan dengan pendekatan bukti selalu membuat bulu kuduk kita berdiri setiap kali membahasnya.

Tapi, kematian adalah proses dari kehidupan manusia yang tidak dapat terhindarkan. Ia adalah kepastian yang tidak mungkin dielakkan, selslu dibicarakan dengan berat hati, atau bahkan dianggap tabu untuk membahasnya secara ilmiah dan mendalam. Terkadang kematian dianggap sebagai akhir perjalanan itu sendiri. Namun, bila kita mau untuk mengulasnya dalam perspektif medis, kematian adalah proses biologis yang sangat rasional. Ia dapat dianalisis, dipahami, dan dalam beberapa kasus, bahkan diprediksi. Dalam banyak cara, tubuh manusia tidak jauh berbeda dari mesin canggih yang berjalan secara kompleks. Sebagaimana sebuah komputer yang suatu hari akan berhenti berfungsi karena kerusakan komponen atau usia pakai, tubuh manusia pun memiliki batasannya.  

Tubuh Manusia sebagai Mesin Biologis yang Rumit. 

Bayangkan tubuh manusia sebagai komputer supercanggih. Jantung adalah unit daya yang menjaga seluruh sistem tetap berjalan, otak adalah prosesor pusat yang memproses informasi dan mengendalikan semua fungsi, dan organ-organ lainnya seperti ginjal, paru-paru, dan hati bertindak sebagai komponen vital yang memastikan kelancaran operasional. Darah berperan seperti aliran listrik yang menghubungkan semuanya, sedangkan sistem saraf bertindak sebagai kabel data yang memungkinkan komunikasi antarkomponen.  

Namun, sebagaimana komputer, tubuh manusia tidak kebal terhadap kerusakan. Komponen individu, seperti organ atau jaringan, dapat mengalami malfungsi akibat berbagai faktor, mulai dari usia, trauma, infeksi, hingga penyakit kronis. Ketika satu bagian mulai gagal, efek domino sering kali terjadi. Organ lain yang saling bergantung satu sama lain akan terganggu, hingga pada akhirnya seluruh sistem kolaps.  

Dalam dunia medis, kematian diartikan sebagai hilangnya fungsi vital tubuh secara permanen, khususnya fungsi otak, jantung, dan paru-paru. Ketika otak berhenti menerima oksigen dan darah, ia tidak dapat lagi mengirimkan sinyal untuk menjaga tubuh tetap hidup. Pada titik ini, tubuh tidak lagi mampu memperbaiki dirinya sendiri, dan kehidupan berakhir.  

Meskipun sering dipahami sebagai peristiwa tunggal, kematian sebenarnya adalah proses yang bertahap. Ia dimulai dengan tahap awal yang disebut *agonal phase*, saat tubuh mulai kehilangan kontrol terhadap fungsi vitalnya. Ini bisa ditandai dengan pernapasan yang tidak teratur, detak jantung yang melemah, dan penurunan tekanan darah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun