Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apabila Kematian hanya Keyakinan, lalu Hidup Mencari Apa?

3 Desember 2024   16:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika jantung berhenti memompa darah, proses yang dikenal sebagai "cardiac arrest", dimana seluruh tubuh mulai kehilangan suplai oksigen. Tanpa oksigen, sel-sel tubuh mulai mati, dimulai dari organ-organ yang paling sensitif, seperti otak. Ini dikenal sebagai tahap "clinical death". Dalam waktu sekitar 4-6 menit, jika sirkulasi darah dan oksigen tidak dipulihkan, otak akan mengalami kerusakan permanen, dan tubuh memasuki tahap "biological death", di mana kematian dianggap tidak dapat dibalik.  

Namun, tidak semua kematian terjadi karena kegagalan jantung atau otak. Dalam beberapa kasus, organ lain seperti ginjal atau hati mungkin menjadi titik awal dari kegagalan sistemik. Ketika satu organ tidak lagi mampu menjalankan fungsinya, tubuh akan mencoba beradaptasi, tetapi mekanisme kompensasi ini memiliki batas. Ketika adaptasi tidak lagi cukup, kematian menjadi tidak terhindarkan.  

Seperti komputer yang memiliki masa pakai terbatas, tubuh manusia juga memiliki batas waktu. Setiap organ dan sistem dalam tubuh memiliki "umur teknis" yang berbeda-beda. Contohnya, jantung kita dirancang untuk berdetak sekitar tiga miliar kali sepanjang hidup, tetapi faktor seperti pola makan, stres, dan genetik dapat mempengaruhi kinerjanya. 

Layaknya hard drive yang menjadi aus setelah bertahun-tahun digunakan, organ tubuh kita pun mengalami keausan yang dikenal sebagai proses penuaan. Sel-sel tubuh memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri, tetapi kemampuan ini berkurang seiring waktu. DNA yang rusak, protein yang salah lipat, dan radikal bebas yang menumpuk adalah beberapa faktor yang mempercepat degradasi ini.  

Kadang-kadang, kerusakan bisa terjadi secara mendadak, sebagaimana kerusakan dari komponen di motherboard yang korsleting akibat lonjakan listrik. Serangan jantung, stroke, atau trauma berat adalah contoh dari kegagalan mendadak ini dalam tubuh manusia. Di sisi lain, ada juga kasus di mana tubuh "mati perlahan," seperti komputer tua yang menjadi semakin lambat dan tidak responsif sebelum akhirnya berhenti bekerja. Ini adalah analogi yang tepat untuk penyakit degeneratif seperti Alzheimer atau penyakit ginjal kronis.  

Perspektif Medis dan Pandangan Spiritual perihal Kematian.  

Dalam dunia medis, kematian dipandang sebagai akhir dari fungsi biologis. Namun, pandangan ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi makna spiritual atau filosofi yang sering dikaitkan dengan kematian. Sebaliknya, pemahaman medis dapat melengkapi pandangan agama dengan menawarkan penjelasan tentang bagaimana tubuh manusia bekerja dan berhenti bekerja.  

Bagi banyak orang, kematian adalah awal dari perjalanan baru, entah itu ke surga, reinkarnasi, atau penyatuan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Perspektif ini memberikan penghiburan dan makna yang mendalam, terutama dalam menghadapi kehilangan. Dalam dunia medis, menghormati pandangan ini adalah bagian penting dari perawatan pasien yang mendekati akhir hidup mereka.  

Pemahaman kita tentang kematian telah berkembang seiring waktu. Di masa lalu, kematian sering kali didefinisikan sebagai berhentinya napas dan denyut nadi. Namun, dengan kemajuan teknologi medis, kita sekarang dapat mempertahankan fungsi-fungsi ini dengan alat seperti ventilator dan pompa jantung. Akibatnya, definisi kematian telah bergeser ke konsep *brain death*, yaitu ketika otak berhenti berfungsi sepenuhnya, bahkan jika jantung dan paru-paru masih bekerja dengan bantuan mesin.  

Pemahaman ini penting dalam konteks transplantasi organ. Organ seperti jantung dan ginjal dapat diambil dari individu yang telah dinyatakan mati secara otak, tetapi masih memiliki aliran darah ke organ-organ tersebut. Dalam hal ini, kematian seseorang tidak hanya menjadi akhir, tetapi juga awal dari kehidupan baru bagi orang lain. 

Melihat kematian sebagai proses biologis tidak berarti kita harus mengurangi nilai emosional atau spiritualnya. Sebaliknya, pemahaman ini dapat membantu kita menghadapi kematian dengan cara yang lebih bijaksana dan penuh penerimaan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun