Bisa juga alasan karena kurangnya informasi.
Tetapi, seandainya orang Majus itu tahu dampak ‘melenceng sedikit’ dari kunjungan singkat mereka ke istana Herodes, - yaitu kematian bayi-bayi berusia 2 tahun ke bawah di seluruh wilayah Betlehem Efrata, pasti mereka akan berpikir berkali-kali dulu dan meneliti lebih seksama lagi sebelum mengayunkan langkah dan berangkat.
Berapa banyak darah bayi tertumpah hari itu, dan berapa banyak airmata dari keluarga-keluarga yang kehilangan anak mereka?
Kejadian tentang orang Majus itu menggelisahkan, karena sekarang banyak orang Kristen yang mulai memandang ringan akan segala sesuatu yang berkaitan dengang kehidupannya, terutama kehidupan rohani.
Menganggap melenceng sedikit, tidak apa-apa, toh sudah dilakukan – minimal 90% sudah cukuplah.
Toh Tuhan penuh dengan kasih karunia dan kemurahan… dst.
Berpikir sempit dan pendek, hanya memikirkan dirinya. Tidak sadar jika langkah keliru mereka hampir mencelakakan dirinya sendiri, atau malah membuat malapetaka bagi orang lain.
Sebenarnya tema Natal tahun ini akan menjadi menarik, jika diberikan penjelasan kepada tokoh yang kelihatannya dalam setiap perayaan Natal, jarang sekali diangkat: yaitu Yusuf.
Gambar-gambar Natal biasanya memang senang dengan orang Majus, dibandingkan dengan Yusuf. Atau, kalaupun menggambarkan tentang Yusuf, dia disematkan karena kebetulan saja kelihatan untuk menonjolkan Yesus dan Maria.
Sekarang, mari kita alihkan sesaat fokus dari orang Majus ke arah Yusuf.Â
Mengapa Yusuf? Dalam konteks Matius 2:12, seharusnya tidak bisa dilepaskan dariÂ