Ketika Rafel memberkati pernikahan Laras, ia melakukannya dengan tulus. Setiap kata yang ia ucapkan mengandung doa, tidak hanya untuk kebahagiaan Laras dan suaminya, tetapi juga untuk kedamaian dalam hatinya sendiri.
Setelah upacara selesai, Laras mendekati Romo Rafel dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih, Romo," katanya pelan sambil mengusapi air matanya. Rafel tersenyum, "Aku ikut bahagia, Laras." Dan saat itu, mereka tahu bahwa meski cinta mereka telah berubah, kenangan akan cinta itu akan selalu hidup, dalam doa dan dalam hati mereka.
Mereka berdua berdiri dalam keheningan sejenak, mengenang masa-masa yang telah mereka lalui. Tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan mereka saat itu, tapi mereka tahu bahwa mereka telah diberkati, meskipun dalam cara yang berbeda.
Dan saat Laras berjalan keluar dari gereja, menggenggam tangan suaminya dengan erat, Rafel menatapnya dengan penuh kedamaian. Ia tahu bahwa cinta sejatinya kini telah berpindah pada Tuhan dan umat-Nya, sementara cinta yang pernah ia miliki untuk Laras kini menjadi kenangan indah yang akan selalu ia simpan dalam doanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H