"Mikir? Lapor saja ke polisi, tuan!" kata Didin.
"Kau ini tuli, ya? Kan udah kubacain tadi, kalau ngadu ke plokis kualat!" protes Don Bosco.
"Aah... Semua penculik memang seperti itu ancamannya. Aduin aja deh, tuan. Di tangan plokis, semua kasus beginian, gampang diberesin!" Didin berusaha menenangkan.
"Kalau penculik itu tahu, bisa mati aku!"
"Kan ada plokis yang nggak pakai pakaian dinas, tuan."
"Tekab?" terka Don Bosco.
Didin mengangguk. "Iya, suruh saja Tekab beresin, kan nggak ketahuan, tuan."
"Oke deh." Don Bosco mengeluarkan ponsel pintar dari saku celana panjangnya, kemudian menelpon kantor Tekab terdekat.
Usai menelpon kantor Tekab, Don Bosco dan Didin pergi ke kantor tersebut. Ia dilayani oleh Via yang memberi Rainer misi rahasia. Don Bosco memberikan satu barang bukti yaitu surat yang diberikan oleh penculik tersebut dan segera dibaca oleh Via.
"Kapan show itu dilaksanakan?" tanya Via.
"Seminggu lagi, bu," ucap Don Bosco cemas dan seperti orang yang ingin menangis.