Don Bosco merebut surat itu dan membacanya, "Don Bosco Yang Brengsek." Ia pun kesal. "Setan! Anak kurang ajar nih. Orang harusnya pada aku itu 'Yang Terhormat'. Ini Yang Brengsek. Dasar tidak makan bangku sekolahan!"
Didin menyenggol bahu Don Bosco. "Teruskan, tuan, bacanya!"
"Apa sih?! Berani memerintahku kau ya!" ucap kesal Don Bosco.
"Maaf, tuan... Ini kan urusan hidup matinya Nona Laras. Dibaca saja deh, tuan...," bujuk Didin.
Don Bosco pun kembali lanjut membaca. "Burung merpati ada di tanganku. Mulai hari ini siapkan saja uang 25 Triliun. Atau burung merpatimu tidak akan kembali lagi." Ia kembali kesal. "See..., tan bener! Uang 25 Triliun. Enak saja, dia pikir uang bakal datang sendiri barangkali, ya?!"
"Terusin tuan bacanya!" kata Didin.
Don Bosco pun sebal. "Terusin terusin!? Aku tabok bacotmu baru tahu kau! Aku sedang mikir nih... Uang 25 Triliun darimana aku ngejambreettt!!!"
"Iya sih," ucap Didin pelan.
"Awas!!! Berani ngadu sama 'plokis' kualat kau!" Don Bosco meneruskan membaca surat tersebut, sebelum kemudian ia sedikit kaget campur kesal. "Eh kualat?"
"Nah, tuan, ada ancamannya tuh," ucap Didin diiringi gelak tawa.
"Tawaaa... Bukan bantuin ikut mikir." Don Bosco menoyor kepala Didin.