“Ayo, kita akan berangkat sekarang,” Paman Grifforth segera menyalakan mesin mobil dan menyuruh kami semua untuk masuk secepat mungkin sebelum ada orang di luar markas tahu apa yang akan kami lakukan.
Di dalam mobil, aku duduk di kursi sebelah Paman Grifforth. Di kursi belakang, semuanya tertidur. Malam itu, Ammerdunn juga sangat dingin, aku bisa merasakan badanku yang gemetaran sedari pertama masuk ke mobil. Aku benar-benar tidak bisa dan tidak ingin tidur. Bagaimana nanti kalau sampai terjadi sesuatu pada mobilnya? Bagaimana kalau Paman Grifforth tiba-tiba mengantuk? Aku tidak bisa tenang jika membiarkan Paman Griffs ‘sendirian’ begitu saja di malam seperti ini.
***
“ Kita sudah sampai di Anderdunn,” Paman Grifforth membalikkan badannya dan masih mendapati Voltron, Gamma, Julian, dan Bertha tertidur layaknya domino di kursi mobil. Aku membuka pintu mobil untuk menghirup udara pagi Anderdunn. Di sana banyak sekali pegunungan dan lembah, tidak seperti di pusat Ammerdunn, ramai, dipenuhi bangunan-bangunan yang sudah berumur satu sampai dua abad.
“Kita sekarang ada di sebelah barat Anderdunn, sebelah timur ada di sana, di balik Pegunungan Varix dan Conix,” kata Paman Grifforth.
Aku mengangguk sambil memandangi sekeliling, kemudian pandanganku tertuju pada satu gunung dengan bentuk yang paling aneh.
“Paman, gunung apa itu?” tanyaku.
“Gunung Amonix, kau lihat, ujung gunung itu melengkung ke dalam dan bentuknya yang agak menonjol di bagian tengahnya.
“Apakah gunung itu yang Paman tunjukkan di peta?” Aku mengeluarkan peta dari ranselku dan menunjukkannya pada Paman Grifforth.
“Sepertinya, tetapi nampaknya semua hanya gunung,”
“Bagaimana kalau ada kota tersembunyi di balik sana Paman?” Tiba-tiba Julian muncul dan menunjuk ke arah gunung Amonix.