KASUS EUTHANASIA MISTERIUS
Pk 10.30.
"Akhirnya kita mendapatkan kasus normal, Kilesa."
Aku menatap ke sebelah sembari berhati - hati menyetir, karena saat ini mobil sudah memasuki parkiran.
"Jangan terlalu percaya diri, Charles. Kau tahu, kasus aneh selalu mengikutiku. Apalagi sudah akhir tahun seperti ini. Cuaca sering hujan dan angin kencang bertiup. Dua hal itu bukan keberuntungan bagiku."
"Tidakkah kau mendengar briefing dari Mahmud di telepon tadi? Kasus yang kita tangani adalah seorang tua yang meninggal karena tumor otak. Mati karena penyakit. Apa hal yang lebih umum daripada itu?"
Lagi - lagi aku menatap Charles. "Kalau hal biasa lalu mengapa ia memanggil kita, detektif kriminal?"
Charles terdiam, sementara aku memarkir mobil di spot kosong. Di depan kami sudah terpampang tulisan besar Rumah Sakit Sumber Nyawa.
"Mahmud tidak memberi tahu apa yang menjadi kejanggalan." ujar Charles.
Aku mengedik. "Seperti biasa."