Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kapal Karam [Detektif Kilesa]

28 Oktober 2021   13:36 Diperbarui: 28 Oktober 2021   14:32 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkebalikan dari Tommy, Winda adalah seorang wanita yang tegar. Tidak sekali pun kulihat ada titik air mata di wajahnya. Namun aku tahu wanita kadang -- kadang adalah aktris ulung.

"Selamat pagi, nona Winda. Kalau boleh saya tahu, berapa umur Anda?"

Winda terlihat kebingungan dengan pertanyaanku, namun ia tetap menjawab, "23 tahun, pak polisi."

"Ah, masih cukup muda untuk menjadi seorang atlet nasional. Masa depanmu masih panjang. Sadarkah kau bahwa tindakanmu dan teman -- temanmu di sini akan menjadi batu sandungan bagi karirmu di depan kelak?"

Winda mulai panik, "Jika yang bapak maksud adalah uang pelicin agar kasus ini diam dan pers tidak berisik di media, maka saya siap berapa pun yang bapak minta!"

Aku tidak menjawab tantangan Winda, melainkan melempar pandang kepada Charles dan Mahmud. Jika seseorang memperjuangkan karirnya dengan sekuat tenaga, kemungkinan besar perkataan berikutnya adalah kejujuran.

"Maka adalah benar bahwa Yudi Susabda tewas karena mata kail pancing? Dibunuh, atau kecelakaan?"

Winda terdiam mendengar tiga kata terakhir yang kuucapkan perlahan. Pelan -- pelan, ia berkata, "Kecelakaan."

"Jika ini kecelakaan, secara logika tidak akan berdampak pada karirmu. Sebaliknya, jika ini adalah pembunuhan..."

Winda menggebrak meja di hadapan kami. "Dibunuh atau kecelakaan, di mata media itu semua sama saja! Terlebih aku adalah seorang anak pebisnis udang nomor satu di pulau ini. Kasus ini berarti akhir dari masa depanku di olahraga."

Aku mengangguk, "Baiklah. Kami berjanji akan mengurus masalah publikasi. Tenang saja. Satu pertanyaan lagi. Di tangan siapa tombak itu berada sebelum menghujam mata Yudi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun