Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Kapal Karam [Detektif Kilesa]

28 Oktober 2021   13:36 Diperbarui: 28 Oktober 2021   14:32 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tommy mendesah dan suaranya diikuti oleh serak tangis. "Kami tahu tindakan kami ini salah, pak polisi. Kami bermain -- main mata kail pancing di dalam ruangan. Yang menimpa Yudi adalah tidak sengaja, pak polisi."

Aku ikutan mendesah, "Orang bodoh mana yang bermain -- main mata pancing di dalam kabin? Apakah kalian gila?"

"Sekali lagi, pak polisi, kami tahu kami ini bersalah. Sebenarnya, jika boleh membela diri, Winda, salah satu teman kami, adalah atlet dart nasional. Tindakan kami semalam adalah menggodanya. Kami bermain -- main dengan mata kail pancing. Bahkan Yudi mengaitkannya dengan batang tombak. Hingga suatu ketika, sebuah goncangan besar menimpa kapal... dan saat itulah nasib Yudi..."

"Jadi kematiannya adalah sebuah kecelakaan?"

"Betul, pak polisi."

"Di tangan siapa mata kail itu berada terakhir sebelum menembus mata Yudi? Ia bisa dikenakan pidana dan pasal kriminal."

Pertanyaanku membuat seluruh orang di ruangan itu terkejut. Namun kedua kolegaku lekas mengerti, bahwa itu sebenarnya adalah sebuah pertayaan pancingan. Alhasil, Yudi sedikit kalang kabut.

"Di tangan... di tangan... tunggu sebentar, pak polisi. Sepertinya di tangan Ovy."

"Dan sekarang ia yang melarikan diri? Sungguh sebuah kebetulan." pancingku lagi. Namun Tommy berusaha tegar.

"Kebenarannya adalah seperti itu, pak polisi. Aku tidak tahu di mana anak itu sekarang. Jujur, ketika kapal menabrak karang kemarin malam, kami sangat terkejut, semuanya terpelanting ke berbagai arah. Kami semakin terkejut, ketika melihat Yudi sudah tidak bernyawa di atas dinding. Semuanya ketakutan. Francis menenangkan kami semua, dan ia berkata lebih baik melapor pada pos penjagaan. Tapi tidak dengan Ovy. Ia ketakutan, karena tombak itu berada di tangannya sebelum terlempar pada Yudi. Akhirnya, ia memutuskan untuk melarikan diri."

Kami para anggota kepolisian saling berpandangan. Sebenarnya keterangannya masuk akal. Akhirnya kami memutuskan tidak ada lagi yang perlu ditanyakan kepada Tommy. Sebagai gantinya, seorang wanita cantik berambut panjang memasuki ruangan. Ia adalah Winda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun