Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasus Perjamuan Terakhir [Detektif Kilesa]

3 September 2021   15:31 Diperbarui: 3 September 2021   16:02 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Namun siapa yang bisa memastikan bahwa Bobby Hermawan tidak menyentuh makanan -- makanan ini?" sergah James.

"Tuan besarku itu adalah yang paling menjaga kesehatannya. Kami para pelayannya tidak perlu mengingatkannya. Selama lima tahun ke belakang ini, bahkan Tuan Bobby tidak pernah memakan daging merah."

"Lalu di manakah ia bersantap malam?"

"Di ruang kecil di belakang. Kami pun belum membereskannya. Namun tuan harus bersiap kecewa, karena tuan Bobby adalah jenis orang yang menghabiskan makanannya secara rapi. Tidak ada yang tersisa dari menunya."

"Tidak apa -- apa. Kita pergi ke sana." ujarku.

Alfred mengangguk, namun sebelum kami beranjak, ia memberikan sebuah keterangan. "Ada sebuah kejadian yang perlu kuberitahu kepada tuan -- tuan sebelum kita pergi. Ada sebuah ketegangan yang terjadi antara Charissa, istri tuan Trisna, dengan Wina Paloka, istri tuan Francis, anak kedua tuan Bobby Hermawan, di ruangan ini. Saya tidak tahu apa yang menjadi penyebab pertengkaran, namun sepertinya karena Charissa memarahi Andy secara berlebihan."

Huh. Pertengkaran ibu -- ibu. Itu merupakan hal yang lumrah. Kami pun akhirnya mengikuti Alfred menuju ke belakang. Ruangan ini cukup kecil, namun elegan dan eksotis, karena lagi -- lagi ada banyak koleksi unik yang bernaung di tempat itu, seperti beruang yang diawetkan, muka bison dan kijang yang dipajang di tembok, serta patung Hercules yang bergaya Romawi. Di setiap sudut dinding dipenuhi oleh rak buku sehingga jelaslah bagi kami bahwa ruangan ini merupakan perpustakaan pribadi atau tempat kerja sang konglomerat. Di salah satu pojok terdapat sebuah meja yang dipenuhi kertas dan media elektronik sehingga memperkuat dugaan kami.

Alfred beralih menuju sebuah meja panjang yang berisi bermacam -- macam nampan dan gelas. Seperti ucapannya barusan, kami tidak menemukan sisa makanan, semuanya terpajang rapi, bahkan aromanya pun tidak terendus. Namun Alfred dengan baik hati menjelaskan menu yang menjadi santapan terakhir Bobby Hermawan dalam hidupnya.

"Menunya adalah ikan salmon, tuna kukus, sapotahu tanpa udang, sayur -- sayuran, dan buah -- buahan. Ia menutup dengan hidangan puding."

"Ia bukan vegetarian?"

"Bukan, tuan -- tuan. Tuan besar tidak anti dengan daging, namun harus daging sehat, selain itu ia cukup membatasi asupan karbohidrat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun