Keempat serangkai pun segera melanjutkan tugas mereka. Keempatnya menaiki tangga, beralih dari rumah ke rumah, melewati setiap celah, hingga akhirnya menemukan rumah Midas sebagai tujuan mereka. Dari atas, sebuah pemandangan yang tidak menyenangkan terjadi. Rumah itu, bahkan ruas jalan, setiap jengkalnya sudah dipenuhi oleh manusia yang berdesak -- desakan. Keempatnya tahu bahwa tidak mungkin untuk menurunkan Octavian memasuki pintu rumah Midas.
Filipus menghela napas, "Bagaimana ini? Kita sudah sampai sini, sungguh sayang kita tidak bisa bertemu dengan Yesus."
"Apa boleh buat, Filipus. Setidaknya kita sudah berusaha." sambut Sosteus.
"Tidak apa, kawan. Nampaknya aku memang harus merelakan kakiku ini."
Sosteus menggeleng, "Tidak, tidak, Octavian, kita akan mengikuti orang bernama Yesus itu ke mana pun dan memohon kepada-Nya bagi kesembuhan kakimu. Aku jamin itu. Namun, tidak untuk saat ini."
Sementara itu Alurim sudah menjelajah ke seluruh penjuru atap dan hanya menggeleng, "Tidak ada celah sedikit pun. Tidak ada."
"Kata siapa, Alurim? Lihat ini."
Dengan kekuatannya yang besar, Limfonos lalu membongkar kayu -- kayu yang menutup atap rumah Midas, menimbulkan kehebohan. Teman -- temannya tidak sempat menghalanginya. Sosteus pun menghardik Limfonos.
"Bagus, Limfonos. Sekarang semua orang melihatmu. Bagaimana caramu menurunkan Octavian ke bawah sana?"
"Sudah kubilang, Sosteus, kita tidak perlu turun. Sekarang bantu aku."
Teman -- temannya terkejut ketika Limfonos merobek bajunya dan membuatnya seperti gulungan kain. Alurim mengerti. Ia pun melepaskan bajunya dan membantu Limfonos membentuk jalinan. Awalnya Sosteus dan Filipus ragu, namun akhirnya mengikuti. Keempatnya membentu jalinan ikatan di keempat penjuru tandu Octavian.