Tiga orang sahabat, Limfonos, Sosteus, dan Filipus segera menghampiri rombongan orang yang membawa tandu. Sebagian besar terdiri dari remaja berumur belasan, semuanya adalah saudara -- saudari Octavian sendiri. Kedua orang tua Octavian mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih, anak -- anak. Apakah kalian yakin ingin melakukan hal ini? Kudengar kerumunan di rumah Midas semakin membesar."
"Ah, tenang saja, bu, kami akan membawa Octavian ke hadapan-Nya. Orang ini harus sembuh, bukankah begitu, sobat?"
Octavian hanya bisa tersenyum lemah di pembaringan, "Yang kupunya hanya iman, kawan."
"Lalu, bagaimana ini? Alurim belum datang. Kita tinggalkan saja?" tanya Limfonos.
"Tidak ada cara lain, Limfonos. Kau harus mengisi posisinya. Kecuali kalau kau rela salah satu dari saudara Octavian atau ayahnya yang sudah tua itu untuk ikut membawa tandu."
Limfonos menahan napas, "Baiklah, aku kuat. Kita pergi sekarang. Yang penting Octavian harus sembuh."
"Semoga kerumunan di rumah Midas tidak sebanyak dugaan kita. Tempat itu sempit sekali. Semakin siang, orang akan semakin banyak."
"Lebih baik kita berangkat sekarang." ucap Filipus yang disambut kedua temannya.
Di tengah jalan, Limfonos mengajak Octavian berbincang -- bincang, "Bagaimana, sobat? Apakah kau sudah tidak sabar untuk memakai kakimu lagi?"
Octavian hanya tersenyum, "Aku harap mukjizat itu nyata, Limfonos."