Ribuan debu -- debu berterbangan.
Apakah Sang Khalik membenciku?
Aku, di atas kudaku, sekarang berada di dalam Candi Prambanan.
Keponakanku sudah tiba lebih dulu, kota ini sudah dipenuhi oleh pertarungan ketika aku menginjakkan kaki di Prambanan.
Lawannya hanya rakyat biasa, bukan prajurit.
Bahkan tidak ada prajurit seorang pun.
Lihatlah mereka.
Dengan nafsu membunuh terpancar di wajah, senjata pisau garpu dan tombak.
Namun tanpa keahlian.
Ini akan menjadi kemenangan mudah bagi pasukan Sriwijaya.
Aku mencela taktik kakakku, yang membuat warga sebagai benteng perlindungan terakhir Medang, sungguh tidak terpuji.