Unggun Krama menenangkan sang panglima, "Cukuplah, tuan panglima. Singkat kata, kita memenangkan pertarungan di tanah Dieng ini. Limawijaya sudah tenang, panglima, raganya akan bersama kita kembali di lain waktu."
Oh, Limawijaya. Dan juga Anggabaya.
"Kau perlu mendapatkan perawatan, panglima. Ayo, mari kita menuju perumahan." Unggun Krama dan Iyang Taslim merangkul Joko Wangkir.
Joko Wangkir memerhatikan orang yang sedang berbincang di hadapannya. Keduanya kini menghadap Joko Wangkir dan tersenyum.
"Bagaimana, panglima? Nampaknya hari ini bukanlah harimu menuju alam baka."
Sebuah salaman hadir dari pria berkumis. Joko Wangkir menyambutnya dengan tangan yang berlumuran darah.
"Kemana saja kau, Iswana? Kupikir kau melarikan diri."
"Aku tidak pernah melarikan diri, panglima. Kau lihat, aku memanggil bantuan dari tanah seberang. Kau beruntung, Wangkir, pedang belum sempat menembus lehermu."
"Dan pria ini adalah...?"
"Salam kenal, panglima. Aku adalah Redian Lintarbumi, komandan perang Kerajaan Galuh di bawah Wikramadharmawan, panglima Kerajaan Galuh. Aku ditugaskan langsung oleh Manarah."
Joko Wangkir menunduk dengan sisa kekuatannya.