Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Udayaditya Mahardewa 1 [Novel Nusa Antara]

2 Januari 2019   09:58 Diperbarui: 2 Januari 2019   10:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Udayaditya mulai merasa akrab dengan Rakai Pikatan. Ia merasa Rakai Pikatan dapat mengimbangi ucapan -- ucapan sindiran dari dirinya. Selain itu mereka berdua adalah calon pewaris putra mahkota. Sama nasib, pikirnya.

Rakai Pikatan mengalihkan ke pokok pembicaraan lain, "Aku dengar kau tertarik dengan peran lakon. Peran lakon apa yang biasa engkau tampilkan?"

Kali ini Udayaditya bersemangat, "Tentu saja, kawan. Ramasinta dan Mahabharata adalah permainan populer di tanah Palembang, walaupun mayoritas penduduk beragama Buddha. Aku terbiasa berlatih dengan kelompokku. Tiga bulan sekali kami tampil di atas panggung, di depan khalayak umum."

Rakai Pikatan tersenyum, "Tidak ada seorang pun yang tidak mengetahui kisah Mahabharata di tanah Medang ini. Akupun menyukainya. Katakanlah, siapa tokoh yang menjadi panutanmu?"

Lagi -- lagi ini. Pertanyaan ini berulang kali ditanyakan jika Mahabharata dibahas. Tidak adakah pertanyaan lain?

"Tentu saja Yudhistira, kawan. Putra sulung Pandawa yang mengajarkan kebajikan dan jalan kebenaran. Bagaimana denganmu?"

Rakai Pikatan menjawab seolah sudah menantikan pertanyaan ini, "Aku menyukai Destarata, teman."

Si Raja Buta. Nampaknya kawan baruku ini senang berfilosofi. Jawabannya diluar kebiasaan umum.

"Mengapa kau menyukainya? Mungkin dari semua orang yang kutanya hanya kau yang memberikan jawaban berbeda."

"Ia adalah tokoh kunci dalam Mahabharata. Seandainya ia bisa menahan kasih sayang yang berlebihan kepada anaknya, perang dapat dicegah. Keteguhan hati seorang ayah diuji dengan sangat benar dalam kisah ini."

Udayaditya manggut -- manggut. Ia mulai membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun