Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Udayaditya Mahardewa 1 [Novel Nusa Antara]

2 Januari 2019   09:58 Diperbarui: 2 Januari 2019   10:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Salam bagi saudaraku, dewa menyertaimu," Rakai Pikatan menyapa terlebih dahulu.

"Salam, dharma Buddha menyertai saudara juga," Udayaditya membalas.

Sebuah sosok di belakang Rakai Pikatan membungkukkan badannya dan memberikan salam, tanpa suara, dan Udayaditya menyadari bahwa Rakai Pikatan tidaklah sendirian. Rakai Pikatan menyadari dan ia memperkenalkan sosok di belakangnya.

"Ia adalah muridku, Mpu Tantular. Cendekiawan termuda di kerajaan ini, baru berusia enam belas tahun." kata Rakai Pikatan disertai dengan senyuman tipis Mpu Tantular.

Sudah dua hari aku disini dan baru kali ini ia menghampiriku. "Angin apa yang membawa sang penerus kerajaan datang menghampiri tamu dari pulau seberang?" Udayaditya memulai percakapan.

"Aku mencoba menawarkan keramahtamahan yang dimiliki oleh Kerajaan Medang, dan kawan, aku belum benar -- benar menjadi penerus kerajaan, aku belum mendapat restu raja," Rakai Pikatan mencoba merendah.

Belum menikahi sang putri raja, jika itu yang kaumaksud. Mengenai keramahan, perutku sudah cukup kenyang dengan segala jenis makanan yang ditawarkan dapur istana Medang ketika kami sampai di kotaraja.

"Sungguh membosankan pemandangan ini kawan, mari kita melangkah menuju Taman Anyelir, aku yakin kau pasti punya banyak pertanyaan mengenai Kerajaan Medang. Begitu pula dengan diriku, aku ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Kerajaan Sriwijaya." ajak Rakai Pikatan.

"Atau mungkin kau ingin mengetahui apa yang dibicarakan oleh pamanku dan raja di ruang pertemuan? Sungguh egois, ruangan sebesar itu hanya diisi oleh dua insan saja." Udayaditya tersenyum, mencoba menggoda Rakai Pikatan sambil beranjak dari kursinya.

Godaan Udayaditya tampaknya terbukti benar, karena sesaat kemudian Rakai Pikatan mengirimkan muridnya kembali ke ruang pustaka. Mpu Tantular mengerti bahwa kedua calon pewaris takhta ini akan memperbincangkan sesuatu yang penting, memohon diri tanpa banyak kata. Hanya tinggal berdua, Rakai Pikatan dan Udayaditya melanjutkan langkah menuju Taman Anyelir.

"Kau tahu, pamanmu itu benar -- benar memiliki kharisma yang kuat. Hanya membungkuk saja dan seluruh pasukan Medang membungkuk memberi salam tanpa harus dikomando oleh panglima." Rakai Pikatan kembali memulai percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun