'Buah delima itu terlalu lezat, habiskan selagi ia ranum'
Para dewa dibawah mengadakan pertemuan
Berusaha meneruskan keturunan
Lautan luas membentang
Sang Otak dan Sang Panah saling beradu
Apakah yang kau harapkan
Perjamuan teh?
Rakai Pikatan tidak bereaksi. Ia tidak bersuara, tidak menampilkan emosinya, ia hanya menatap Udayaditya tanpa ekspresi. Ia mengerti maksud sajakku. Hanya dua patah katah yang keluar dari mulutnya, "Dewa memberkatimu" sebelum Rakai Pikatan melangkah meninggalkan Udayaditya. Sayang sekali, padahal kita dapat menjadi teman baik.
Tidak ingin aura buruk menghampirinya, Udayaditya melangkah menuju Taman Anyelir. Di depan pintu gerbang Taman Anyelir ia membalikkan badan dan melihat kemegahan istana Medang di hadapannya. Sebuah wajra terletak di puncak istana yang berbentuk kubah, melambangkan perpaduan budaya Hindu dan Buddha. Dua patung Buddha menjaga pintu masuk istana, diikuti oleh anak tangga dari batu andesit yang dipoles sedemikian rupa. Sungguh indah, sayang sekali ini adalah tanah Jawa. Sebuah tulisan di atas kain sutra dalam bahasa Sansekerta terbentang di atas pintu masuk istana. Kerajaan Medang. Untuk semua kebaikan.
Udayaditya terkekeh kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H