Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pramodawardhani 2 [Novel Nusa Antara]

17 Desember 2018   19:47 Diperbarui: 17 Desember 2018   19:55 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Bersama Balaputradewa, mereka menghabiskan masa kecil bersama, tumbuh dewasa, bahkan tetap bersama ketika perluasan kerajaan ke Pulau Jawa. Ketika Samagrawira dan Balaputradewa kembali ke tanah Sumatera setelah Dharanindra mangkat 30 tahun yang lalu, Kartawiyana tetap bersama Samaratungga di Kerajaan Medang.

Jika orang ini malas mengomentari kedatangan Balaputradewa, berarti kerajaan tidak dalam kondisi bahaya. Ia orang terlama bersama ayahku dan paman Balaputradewa. Jika kedatangan Balaputra mengancam, ia pasti akan memberitahu ayah.

"Lebih baik pikir hal -- hal positif saja tuan putri. Aku punya usul menarik. Kau sendiri melihat bagaimana suasana kabupaten ini bukan? Ketika Mpu Manuku naik menjadi raja, bagaimana kalau," Kartawiyana berhenti sebentar, dan melanjutkan, "kalau kau memindahkan kotaraja Medang ke kabupaten ini? Aku yakin ini akan meningkatkan kegiatan perekonomian di tempatku ini, hahaha." Kartawiyana mengakhiri kalimat dengan tawa culas.

Bukan usul yang buruk. Pramodawardhani membayangkan setiap hari akan melihat suasana kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi bersama penduduk sekitar. Bersama Rakai Pikatan ia bisa berjalan menyusuri jalan -- jalan utama dan berinteraksi dengan warga sekitar. Gelar Sri Kahulunan menggelitiknya. Ia sangat ingin dicintai rakyat, dan ia sendiri memang mencintai rakyat. Berbeda dengan kondisi Prambanan dimana jarak antar rumah cukup jarang sehingga ia jarang bertemu dengan khalayak umum. Lampu temaram, sungguh romantis.

Lamunan Pramoda diterjemahkan oleh Hindun salah arti, "Sudah cukup kau nasehati anak ini. Kasihan ia, terlihat lelah setelah perjalanan jauh. Mari, nak, aku tunjukkan kamarmu, kau bisa beristirahat."

"Siapa yang menasehati, lihatlah, ia sedang berpikir" Kartawiyana membalas ucapan Hindun yang tidak ditanggapi oleh wanita itu.

Hindun kemudian menuntun Pramoda bangkit dari kursinya menuju kamar tamu yang sudah dipersiapkan untuknya. Sambil berjalan, ia bergumam pelan, "Orang seperti itu tidak usah ditanggapi serius. Omongnya blak -- blakan, tapi hatinya baik," Hindun tersenyum dan berhenti seraya menatap Pramoda, "Kau ini sudah seperti anakku sendiri". Pada saat itu Pramoda melihat mata Hindun berkaca - kaca, namun ia segera berpaling dan meninggalkan Pramoda di kamar tamu. Pramoda segera merebahkan dirinya.

***

Pramodawardhani bangun dengan kesegaran yang baru esok harinya. Ayam berkokok menandakan bahwa hari masih gelap. Namun, sebagai putri kerajaan, ia terbiasa dengan kedisiplinan. Segera ia mengambil posisi duduk untuk bersemedi.

Jalan kebenaran menyertai kerajaan ini. Pemikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar. Kebaikan untuk seluruh makhluk di muka bumi. Semoga semua makhluk selalu berbahagia.

Selesai bersemedi, ia menuju ruang makan dimana Hindun telah menyiapkan makanan untuknya. Sop iga kesukaan Pramoda telah tersaji di atas meja makan. Dengan senyum manis Pramoda mengambil posisi duduk. Ia bisa melihat Hindun masih menyiapkan air kelapa untuk disajikan kepada Pramoda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun