Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pramodawardhani 2 [Novel Nusa Antara]

17 Desember 2018   19:47 Diperbarui: 17 Desember 2018   19:55 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Sesampainya pada puncak utama Pramoda segera melakukan puja bakti dan namakara pada patung Buddha yang terletak di depannya. Ia meyakini bahwa kebaikan yang dilakukan oleh sang raja kepada rakyat Medang akan terbina di kemudian hari. Terutama dengan pemilihanku terhadap pasangan hidup, yaitu Rakai Pikatan. Semoga kebaikan terjadi untuk seluruh makhluk.

Selesai melakukan puja bakti ia melangkah pelan menuju tangga untuk kembali ke dasar candi, menuju gapura masuk candi dimana Jayaputra ajudannya menunggu. Rakai Pikatan sedang mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Balaputradewa esoknya, sehingga ia tidak bisa mengantar Pramodawardhani. Lagipula, siapa yang mau mengantar diriku untuk beribadah dengan jarak tempuh selama tiga perempat hari perjalanan jauhnya dari kotaraja?

Rasa penasaranlah yang mengundang Pramoda untuk melangkahkan diri pada candi yang bahkan belum memiliki nama ini. Ia bisa saja mengunjungi Plaosan, atau bahkan Mendut dan Pawon yang walaupun terletak berdekatan dengan candi ini, masih lebih dekat jaraknya jika diukur dari kotaraja. Pembangunan candi ini telah dimulai saat tahun kedua Samagrawira berada di Kerajaan Medang. 

Tiga puluh tahun belumlah cukup untuk membangun candi megah ini. Walaupun kemampuan Gunadharma sebagai ahli bangun telah diakui setelah ia sendiri yang merekayasa istana Kerajaan Medang, namun rancangan megah yang ia lakukan membuat berbagai pihak kelimpungan. 

Batu andesit sebagai bahan dasar candi hanya dapat ditemukan pada kaki gunung berapi. Gunung berapi terdekat dari wilayah candi merupakan Gunung Merapi dan Merbabu yang terletak di daerah timur Kerajaan Medang, satu hari perjalanan jauhnya.

Agama Buddha yang belum merakyat juga menjadi kendala. Hal ini tidak jarang mengakibatkan pemahat melakukan salah pahatan pada relief atau patung Buddha ciptaannya. Selain itu tingkatan yang tinggi menjadi masalah untuk melakukan pemindahan patung dan sebagainya. Bandingkan dengan Candi Prambanan yang walaupun lebih tinggi, namun pembangunan dan pemahatan dapat dilakukan di tempat, tidak perlu dibawa ke tempat tinggi.

Sebenarnya bukan Samagrawira yang berkontribusi besar bagi pembangunan candi ini. Ayahku yang memberikan lampu hijau, walaupun ia tahu kendala sangat besar. Dalam beberapa percakapan dengannya, ia yakin bahwa candi ini akan selesai dalam waktu sepuluh tahun ke depan. Benar, ayah, dan ini akan menjadi candi termegah di seluruh nusantara.

Dengan tidak sadar, Pramodawardhani sudah sampai pada dasar candi. Ia melanjutkan perjalanan menuju gapura, menemui Jayaputra, dan melangkahkan kaki memasuki kereta kuda istana. Tiga perempat hingga satu hari perjalanan lamanya, wajar jika tidak ada yang mau menenemaniku. Bahkan adikku sendiri.

Panasnya udara terik membuat Pramodawardhani tertidur dalam kereta kuda istana. Ketika ia membuka mata, matahari telah terbenam di ufuk barat. Ia melihat keluar jendela, tampak bahwa kereta kuda sedang melintasi sebuah pemukiman warga. Orang berjalan lalu lalang, ada yang berkumpul di pinggir jalan untuk melihat batu akik yang dijual dalam sebuah gelaran, ada yang berkumpul di kedai kopi untuk sekadar berbincang -- bincang dan bercanda tawa, dan bocah -- bocah berusia di bawah sepuluh tahun berlarian di samping jalan. Temaramnya lampu lentera menambah sisi kenyamanan dan kesejukan dalam mengarungi aktivitas malam. Seandainya Rakai Pikatan di sini.

Kereta kuda istana terus meluncur membelah hembusan angin malam. Pada jarah kurang lebih seratus depa, terlihat sebuah bangunan besar. Pendopo Kabupaten Mataram, tempat kita beristirahat malam ini. Pramodawardhani berharap sang pemimpin tertinggi berada di tempat, karena ia memiliki hubungan dekat dengannya pada masa kecilnya.

Kereta kuda istana dihentikan oleh prajurit pada saat akan memasuki halaman pendopo. Jayaputra memperlihatkan lambang kerajaan yang tersemat pada dadanya, dan kereta kuda kembali meluncur menuju halaman pendopo. Seorang prajurit pada pintu masuk membunyikan sangkakala, tanda anggota kerajaan memasuki lingkungan pendopo. Bahkan Pramoda sendiri masih terkaget -- kaget dengan bunyi sangkakala tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun