"Berarti benar."
"Benar. Hanya, saya yang seperti melupakan jika saya pernah menulis novel yang paing mengesankan ini. Dan Anda membawa buku itu, lalu meminta tanda tangannya...."
Papa tertawa.
"Saya sudah membaca lebih dari dua kali. Sehingga faham bahasa perbincangan  tokoh utamanya itu dengan teman-temannya dalam Petualangan Tam."
"O."
"Saya kira, buku ini akan saya berikan kepada anak-anak saya kelak saat ia bisa membaca."
"Apa pesan yang anda tangkap dari novel itu?"
"Kita harus tangguh dan jujur. Dua hal yang takkan luntur oleh zaman."
Aku memejamkan mata. Mengingat apa yang Papa ceritakan dengan sabar saat aku bertanya pada awal membaca novel anak-anak yang tidak terlalu terkenal dibandingkan dengan pengarang lebih muda seperti Dwianto Setyawan, Arswendo Atmowiloto, Djoko Lelono dan Bung Smas yang kemudian kubaca.
"Kamu di mana, sih La?"
"Ya...," aku tercekat. Bingung untuk menjawab.