Aku menelan ludah.
"Kenapa, Ma?"
Ada tarikan nafas dalam dan panjang. Sebuah penyesalan atas  mengeesponku. Ini kebiasaan jelekku. Yang kelewat akrab dengan mamaku. Wanita yang energik tak pernah mengeluh. Wanita yang sulit untuk kutiru perangainya. Wanita harus dalam arti sesungguhnya.
"Ke mana saja kamu?"
"Ya, ada. Kan tetap bisa dihubungi Mama."
"Maksud Mama ...."
"Apa?"
"Bacalah WA Mama."
Klakep. Henpon berhenti.
Papa ketangkep KPK ....
Kutelpon Mama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!