Lelaki itu mengibas-ngibaskan tangan. Agar Si Muda itu menyingkir.
“Selamat malam ... pemirsa....!”
“Hm, cantiknya,” desisnya sambil celingak-celinguk. Senyumnya mengembang setelah melihat sekeliling tak ada manusia lain.
Sesi demi sesi diikuti dengan senyum kian lebar. Terus-menerus. Sepertinya ia kecanduan. Meski ketika jeda, ia selalu memanggil Si Muda yang sebenarnya berada di belakangnya, tak jauh.
“Tambah gula, Imam?”
“Gula nggak perlu-perlu amat.”
“Lalu?”
“Cemilannya saja.”
“Okey, Bos.”
Ia geleng-geleng kepala.
“Kurma?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!