“Ma ….ma ….”
“Mata, maksudnya?”
“Iy, iya. Matamu indah kayak bola pingpongnya Iwan Fals ndak, sih?”
Mer mengirim sticker tertawa.
Jreng!
Sepasang mata terpampang di depan mataku. Lalu, tanpa pikir panjang lagi, setelah kutatap, kudekati. Dan kuciumi sepasang mata Mer yang mbulat gede itu.
“Kok lama, sih?”
Lagi-lagi aku terkejut.
“Kita ketemuan aja, yuk. Mumpung ini malem Minggu. Aku kan udah tahu kamu dari Kang Agil. Kamu juga udah tau Mer, kan?”
Jantungku berdebar kayak pntu kamar baru digedor oleh Ibu Kos kalau tahu ada penghuninya ditengarai membawa pasangan lawan jenis. Entah kalau satu jenis. Karena aku sama-sama tak beraninya membawa orang ke kamar kosku yang berisi gambar wanita-wanita berbibir Mer, merah. Ada Marlyn Monroe, Taylor Swift, Raisa sampai si bibir ndower Mick Jagger.
“Kok lama, sih?”