"Kalaupun aku seperempat manusia, tidak dengan bangsaku. Tuan Hakim yang Mulia" -- sambut Salim.
"Mulutmu harimaumu budak ! anda tahu sedang bicara dengan siapa ? anda akan menanggung kesombonganmu. Dasar budak. Dasar komunis. Dasar pemberontak. Bebaskan dia dari penjara kota, selanjutnya buang dia ke Pulau Merah" -- Hakim berkata dan segera berdiri menutup persidangan.
Keadaan pengadilan ricuh, adu dorong antara massa buruh dengan kepolisian pemerintah Hindia Belanda tidak bisa ditahan lagi. Sedangkan Salim beserta kawan-kawan terdakwanya harus rela di buang ke Pulau Merah -- penjara Bavoen Digul -- tempat yang terkenal dengan pembuangan para pemberontak pemerintah, terlebih mereka yang terang-terangan diri menyebut kaum Kiri.
-
Digul menjadi akhir dari cerita Salim, namanya tak lagi dikenal, ceritanya tak lagi dengar. Sejarahnya hilang bersama naiknya embun di tanah derita Digul. Seribu kemungkinan menyertai kehilangannya, barangkali tidur selamanya memeluk tanah yang ia mimpikan merdeka, atau juga bangun, berjuang dengan nama, wajah, serta identitas diri baru namun memperjuangkan bendera yang sama, tidak lain merdeka.