Dalam arti luas, makna kepahlawan akan terus hidup dalam sisi ruang kemanusiaan dimana pun adanya, seperti sosial, ekonomi, budaya bahkan politik.
Dengan dipahaminya makna dari kodrat ini, nampaknya jumlah keterwakilan atau partisipasi dalam ruang-ruang politik misalnya, tidak perlu dihitung-hitung lagi. Sudah jelas bagaimana perempuan, wanita atau pun istri, menunjukan bahwa peran mereka melekat dalam segala sisi kehidupan manusia.
Namun meski demikian, ketimpangan sosial dan pemahaman berkembang yang ada saat ini, masih menempatkan peran-peran dari perempuan, wanita dan istri masih mendapat hambatan akibat cara pandang sempit yaitu mendudukan mereka secara sosok "biologis".
Politik kerap memunculkan disparitas sosok biologis saat menetapkan kedudukan seseorang dalam ruang-ruang sosial. Dominasi salah satu jenis figure sangat nampak sekali disini. Â Â
Kepemimpinan Perempuan Nasionalis
Perubahan zaman memasuki era modern pasca tragedi-tragedi kolonialisasi, revolusi dan proklamasi kemerdekaan di Indonesia, masih memberikan ruang signifikan bagi sosok perempuan berjuang.
Dunia politik salah satunya, sebagai ruang melakukan perubahan sosial suatu Negara, menghadirkan perempuan dalam peran fungsinya sebagai pengambil kebijakan.
Mereka itu didudukan sebagai pejabat dalam lembaga politik, jajaran menteri kabinet pemerintah, kepemimpinan militer, pucuk pimpinan kepolisian, ahli-ahli ekonomi dan keuangan serta sejumlah posisi penting lingkungan pemerintahan atau pun ruang-ruang kiprah lain dalam kehidupan masyarakat. Sosok-sosok itu lahir dari berbagai latar belakang baik pemikiran atau pun ideologi.
Kuusus mengenai pemikiran ideologi politik, Bangsa Indonesia mengenal sebuah paham pemikiran ideologi politik yang terus berkembang dari dulu hingga sekarang.
Pemikiran ideologi politik ini bertahan bersama para penganutnya sejak dicetuskan oleh Bapak Bangsa Indonesia yaitu Soekarno. Pemikiran ideologi politik tersebut dinamakan pemikiran ideologi politik nasionalisme.
Istilah nasionalisme lahir karena cara pandang para pendiri bangsa terhadap situasi dan kondisi Indonesia saat itu.