Tidak salah lagi, banyak perempuan rela habis-habisan memikirkan bagaimna nasib keturunan-keturunannya, anak cucu bangsa agar mereka berada dalam kehidupan layak dan unggul untuk dijalani.
Wanita
Peran sosial wanita, sering ditunjukan dalam kehidpan awal sosial manusia, yaitu keluarga. Kesadaran yang terus berkembang dari seorang wanita, dapat menular pada kehidupan sosial yang lebih luas.
Wanita, berasal dari dua kata yaitu wani dan nata. Kedua kata ini disebutkan berasal dari Bahasa Sunda dimana wani berarti berani dan nata berarti mengatur. Dari gabungan dua kata itu lahirlah istilah baru wanita atau sosok yang memiliki keberanian mengatur atau menerapkan aturan segala sesuatu urusan dalam sebuah keluarga.
Induk, ratu atau sebuatan-sebutan lain yang menunjukan bagaimana sosok wanita tampil mengatur suatu kehidupan sosial, kehidupan majemuk dan segala sesuatunya hingga mampu melahirkan tatanan hidup teratur bagi semua anggota kelompok atau lingkungan sosialnya.
Beratnya tugas wanita, sepertinya tak timbul sebagai beban. Justru segalanya seperti mengalir karena kesadaran kodrati yang muncul menyertainya.
Istri     Â
Istilah ini lahir ketika ada figur atau predikat yang akan diangkat statusnya, karena ketentuan alam atau pengkondisian secara sosial. Dari asal kata yang dipergunakannya, istri dari kata istren (Sunda) artinya sama dengan "melantik" atau menetapkan.
Kedudukan seseorang menjadi suami karena di-istreni. Raja menjadi pemimpin karena dilahirkan oleh ratu (permasuri) lalu di-istreni dan banyak lagi predikat sosial lain yang menunjukan bagaimana peran istri (proses mengisterni) terus berlangsung.
Keterikatan dua istilah semacam suami dengan istri menjadi mutlak selama terjaga kebersamaannya. Begitu pun predikat-predikat lain akan tetap melekat pasca keputusan-keputusan setelah seseorang di-istreni sampai pada akhir masa yang ditetapkan.
Begitu kuat makna dari tiga istilah perempuan, wanita dan istri, sehingga keberadaannya secara kodrat mampu mendorong lahirnya jiwa-jiwa kepahlawanan.