2. Sejarah sebagai KisahÂ
Sejarah sebagai kisah dapat dikatakan sebagai rekonstruksi peristiwa sejarah berdasarkan fakta sejarah. Contohnya peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945 disebut sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi, tidak bisa diulang dan sifatnya abadi. Akan tetapi peristiwa tersebut bisa kembali direkonstruksi yang disebut sejarah sebagai kisah. Proses rekonstruksi tersebut erat hubungannya dengan subjek yaitu sejarahwan. Sejarahwan dalam proses rekonstruksi tersebut melalui tahapan-tahapan dengan melakukan analisis peristiwa sejarah berupa kritik sumber, menyeleksi data dan interpretasi data atau fakta dengan menggunakan  metode sejarah serta melakukan analisis permasalahan. Dalam kata lain sejarah sebagai kisah merupakan cerita yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa yang bersifat objektif dalam peristiwanya. Sedangkan sejarah sebagai kisah bersifat subjektif tergantung subjek (sejarahwan) yang menarasikan suatu peristiwa sejarah tersebut. Adanya subjektivitas disebabkan oleh faktor-faktor yang antara lain :
Kepentingan penulisÂ
Suatu penulisan sejarah sebagai kisah sangat tergantung kepada tujuan dari penulis sejarah itu sendiri yang dijadikan sebagai subjek (sejarahwan). Kepentingan inilah yang menjadi penentu dari tujuan penulis. Salah satu contohnya adalah dalam penulisan sejarah tentang lokal wisdom suatu daerah yang biasanya menonjolkan tentang kepentingan daerahnya.Â
Latar Belakang pengetahuan
Dalam mengisahkan suatu peristiwa sejarah, seorang sejarahwan akan menggunakan analisis berdasarkan metode penelitian sejarah berdasarkan metodologi dan teori yang digunakan. Sedangkan orang yang tidak memiliki latar belakang sejarahwan. Kisah sejarah cenderung lebih banyak berupa cerita yang sebatas perjalanan waktu, seleksi terhadap fakta-fakta sejarah yang biasanya tidak bersifat analisis.Â
Kemampuan berbahasaÂ
Kemampuan bahasa dalam kaitannya dengan sejarah sebagai kisah adalah untuk bagaimana merekonstruksi cerita sejarah dari sumber-sumber sejarah. Setiap peristiwa sejarah selalu meninggalkan jejak yang kemudian digunakan untuk menyusun kisah sejarah.Â
Kelompok sosialÂ
Kelompok sosial yang biasanya erat hubungannya dengan sejarah adalah sejarahwan, jurnalis, penulis, dan guru. Setiap kelompok sosial cenderung akan berbeda memberikan penafsiran terhadap sejarah yang ditulisnya. Sejarahwan akan menulis sejarah sesuai dengan metodologi dalam keilmuan sejarah. Sedangkan Guru cenderung menyisipkan kepentingan nilai-nilai pendidikan.Â
Apabila disebutkan bahwa sejarah sebagai kisah atau cerita berasal dari imajinasi sejarahwan maka terdapat keterkaitan antara cerita fiksi dan sejarah. Dalam arti bahwa cerita fiksi adalah karangan yang didalamnya terdapat unsur khayal atau imajinasi pengarang. Artinya sebuah cerita dapat digolongkan kedalam cerita fiksi jika didalamnya merupakan hasil dari imajinasi si penulis, baik itu dari segi kejadian, tokoh, latar, dan unsur-unsur lainnya.Â