Sementara Gandar sendiri meringis akibat luka tusukan dipahanya yang masih mengeluarkan darah.
“Apakah kalian ingin meneruskan permainan ini...?”
“Cepat majulah bersama-sama..., aku sudah tidak sabar menghancurkan kepala kalian dengan tongkat kayu yang tak berarti ini..!”teriak Wijaya.
Ketiga kawanan perampok itu saling berpandangan, tetapi kemudian Jumprit yang tertua memberi isyarat dengan bersuit nyaring. Seketika itu juga ketiga orang itu berlari dengan tergopoh-gopoh meninggalkan Wijaya dan Ki Baruna.
Andaru Wijaya dan Ki Baruna membiarkan mereka pergi begitu saja. Karena bagi mereka titik permasalahannya ada pada pimpinan mereka, yaitu Si Kembar Warugal dan Warugul. Atau biasa disebut dengan sepasang pendekar dari Alas Krapyak.
Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang ke Kembojan.
Ki Baruna pun memberi tanggapan atas aksi mengagumkan Wijaya.
“Kau memang luar biasa Wijaya..., dengan cepat kau bisa melumpuhkan tiga orang sekaligus !”ujar Ki Baruna sambil tersenyum.
“Ah Ki Baruna terlalu memujiku.., aku nanti bisa besar kepala karenanya !”
“Tapi kau memang pandai menyimpan kemampuanmu di depan rakyat Kembojan. Apakah kau tidak muak melihat tingkah Danuarta yang kadang sok kuasa itu ?, lantaran pamannya seorang demang.”
“Belum lagi orang yang merasa sok dermawan yang bernama Kuntara itu, aku yakin orang itu ada pamrihnya,”lanjut Ki Baruna.