Mohon tunggu...
taufiq candra
taufiq candra Mohon Tunggu... Freelancer - Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Saya menulis di kompasiana dalam rangka untuk belajar bagaimana menulis yang baik dan menginspirasi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Potret Jeritan Syair Anak Jalanan

28 Februari 2018   19:05 Diperbarui: 1 Maret 2018   11:58 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taktahan dengan perlakuan kasar dan segala kekerasan yang harus diterima oleh adiknya. Anton sang kakak akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya yang berada di Jakarta.  Akhirnya mereka pergi secara diam-diam dengan meninggalkan sebuah surat untuk bibinya yang baik yang telah merawatnya selama ini. Hal ini tampak seperti yang termaktum dalam penggalan kutipan di bawah ini yang mendeskripsikan kepergian kedua kakak beradik ini dalam menemukan kehidupan yang lebih layak untuk mereka.

Angel dan Anton telah menyiapkan dua tas kecil untu mereka bawa dalam pelarian mala mini. Anton menuliskan sebuah pesan untuk bibirnya yang ia taruh di atas ranjang tempat mereka tidur. Tepat pukul satu dini hari, mengendap-endap dari kamar menuju ruang tamu dan kemudian membuka pintu perlahan. Kakak beradik itu berlari sekencang mungkin kini di keheningan malam. (Hal. 19-20)

Pada bagian inilah, terjadi rangsangan peristiwa yang menstimulasi berbagai peristiwa kedepannya. Selain itu, bagian ini juga merupakan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai permasalahan, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

Dari sinilah kisah bermula, sesampainya mereka di rumah yang sangat dirindukannya ternyata rumah itu telah hilang dan lenyap rata dengan tanah setelah mengalami pergusuran dari pemerintah. Memang takbanyak harapan yang tersisa untuk mereka dalam mengarungi kehidupan, hal ini pulalah yang memaksa keduanya untuk sementara waktu tinggal di bawah kolong jalan layang sampai akhirnya datang seorang pria bernama Om Rudy yang menawarkan makan dan tempat tinggal untuk berlindung dari dinginnya malam ibukota yang menusuk kulit-kulit tipis mereka.

Awalnya mereka menolak, namun karena dituntut keadaan untuk menemukan tempat berteduh dan makanan, sementara mereka sudah sangat kelaparan apa lagi ditambah dengan tabungan Anton yang sudah habis selama di perjalanan. Akhirnya, keduanya setuju dan terbujuk untuk ikut dengan Om Rudy dengan modus makanan yang enak dan rumah yang teduh yang mampu menciptakan harapan baru bagi mereka untuk terus hidup dan melanjutkan perjalanan mereka yang berada dalam ambang kegelapan

Bermula dengan kehidupan yang serba berkecukupan bersama Om Rudy, mereka diberi makan dan tempat berteduh seperti anak-anak jalanan lainnya seperti yang telah dijanjikan. Namun ternyata, Om Rudy bukanlah sosok malaikat seperti yang mereka kira. Lama-kelamaan watak jahatnya kelihatan. Siang malam Anton dan Angel secara tidak langsung dipaksa bekerja di jalanan hingga keduanya terjebak dalam suatu sindikat pemanfaatan anak-anak terlantar untuk menjadi pengemis jalanan. 

Dengan janji mencarikan orang tua asuh, kedua kakak beradik itu kemudian bekerja setiap hari demi mencari uang tanpa pernah sadar kalau mereka sedang dimanfaatkan oleh Om Rudy. Di usia mereka yang masih sangat belia, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu.

Hingga suatu hari, Angel mengalami kecelakaan serius ketika hendak mengamen di jalanan. Sontak peristiwa ini menggambarkan tegangan yang hendak dihadirkan oleh pengarang sebagai sorotan masalah dari novel ini. Sekilas hal ini terlampir nyata pada kutipan di bawah ini.

Anton segera berlari menuju tubuh adiknya yang terjatuh. Supir mobil yang menabrak gadis itu panik, kemudian melarikan diri. Orang-orang di sekitar tempat kejadian langsung berkerumun melihat keadaan Angel.

Anak-anak lelaki kurus itu terduduk di samping tubuh adiknya yang terkapar di jalan. Anton mengangkat badan Angel, yang setengah sadar dengan wajah penuh darah mengucur dari kepala. (Hal 87-88)

Dari kutipan di atas terpancar aura panik dari Anton melihat keadaan adiknya Angel yang menjadi korban tabrak lari. Dalam kutipan itu juga disemai sebuah tanda tanya tentang apa yang kiranya menjadi kisah lanjutan dari novel ini. Apakah kedua kakak beradik ini akan berpisah saat itu juga atau mungkin ada kisah lain yang tersembunyi yang ingin disampaikan oleh pengarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun